LOVE
"Not About Four Words"
Pertama-tama saya mau say “mian” aja dulu deh... Kalau-kalau ada
readers yang ngerasa karyanya saya ini mirip atau sama dengan sebuah karya
lain. Tapi bener deh, ini asli karangan saya sendiri. Ya, kalau temanya rada
sama ama karya laen, ya saya minta maaf. Saya kan pemula, diawal-awal boleh
dong, entaran saya bakal berusaha lebih baik lagi. Ok... chingudeul... Just
read my story and be happy!!
Cast:
v
Cho Kyuhyun as Goo Him
Jung
v
Choi Eun Joon as Nam
Cheon Eun
v
Choi Rae Neul as Bae
Nara
v
Song Joong Ki as Uhm
Tae Gun
v
Baek Do Bin as Nam Hyun
Cheon
v
Han Chae Young as Min
Seo Kang
v
YoonA as Nam Cheon Bin
v
Suzy as Uhm Jihyun
v
Go Ara as Goo Minri
v
No Min Woo as Bae Namin
v
Lee Sungmin as Anh Jae
Wook
Oke. Itu dia para pemainnya. Jadi readers anggap aja ini skenario
drama ya, biar dapet gregetnya. Maklum, saya bener-bener terobsesi menjadi
sutradara sekaligus Aktris, hehe.
Selamat membaca deh, inget konsepnya, baca, pahami, khayali... happy Reading!!
.................................................................................................................................
Summary: Kehidupan tak akan seindah dan semulus yang kau inginkan. Suatu saat akan ada masalah yang harus kau hadapi. (Begitu aja, summay nya... hahahaha)
................................................................................................................................
“Onjenga bami jinagago ddo bami jinagago ddo bami jina nagiuhki
heemihae jyuhdo, onjena nae mameun misojitneun nae nooneun ddunnaji anhgeddago
geudael... yeongwonhi...”
Suara merdu itu mengalun mengisi setiap sudut gedung yang dipakai untuk konser Goo Him Jung itu. Terlihat diantara ratusan penggemar, seorang gadis berdiri dengan pasti, terus tersenyum meski dikanan kirinya para gadis lain berteriak keras memanggil nama Goo Him Jung. Begitu pula dengan sang ‘Mega Bintang’, matanya terus tertuju pada gadis itu selama bernyanyi.
.
.
.
“Daebak, luar biasa, aku tidak bisa berkedip saat kau bernyanyi” lapor
Gadis tadi saat konser selesai dan kini mereka -Gadis itu dan Him Jung- sudah
bertemu di ruang istirahat.
“Benarkah? Hem, kalau begitu aku akan mentraktirmu”. Ucap Him Jung.
“Benarkah? Wah, kalau begitu aku akan rajin-rajin memujimu Oppa”.
Balasnya.
Keduanya saling melepas senyum. Tapi tiba-tiba seorang pria berparas tampan dan imut muncul dihadapan mereka.
Keduanya saling melepas senyum. Tapi tiba-tiba seorang pria berparas tampan dan imut muncul dihadapan mereka.
“Him Jung”. Panggilnya.
“Presdir”. Jawab Him Jung begitu sadar akan kehadiran sang bos besar
perusahaan itu.
“Selamat, konsermu tadi benar-benar sukses”.
“Gamsamida”. Ucap Him Jung seraya membungkuk.
“Ah, Nona Nam juga ada disini?
“Seperti biasa, aku harus menungguinya seperti anak TK”. Jawab Eunjoon.
Him Jung memukul dahi Nam Cheon Eun -Gadis itu- pelan, ketiganya tertawa. Cheon Eun balas memukul Him Jung.
Him Jung memukul dahi Nam Cheon Eun -Gadis itu- pelan, ketiganya tertawa. Cheon Eun balas memukul Him Jung.
“Ah, baiklah kalau begitu. Aku akan pulang duluan ke Seoul”. Tukas
Presdir.
“Sekarang?”. Tanya Cheon Eun.
“Iya, ada pertemuan dengan para Investor. Kalian nikmatilah dulu
liburan kalian di Osaka”. Pesan Presdir.
“Ne, Presdir, gamsamida”.
Presdir Uhm melambaikan tangannya sebagai jawaban, dan berlalu meninggalkan mereka berdua. Tak lama kemudian mereka juga meninggalkan tempat itu.
Presdir Uhm melambaikan tangannya sebagai jawaban, dan berlalu meninggalkan mereka berdua. Tak lama kemudian mereka juga meninggalkan tempat itu.
.
.
.
Di Mobil.
“Presdir Uhm itu luar biasa ya, masih muda tapi sudah sesukses ini”.
Puji Cheon Eun membuka percakapan mereka saat sudah berada didalam mobil.
“Kenapa? Kau menyukainya? Aku juga masih muda dan sudah sukses”. Jawab
Him Jung tak mau kalah dari Presdir.
“A, kau cemburu ya, ayo mengaku”. Goda Cheon Eun.
“Siapa yang cemburu?”. Tanya Him Jung.
“A, itu wajahmu seperti kepiting rebus”. Cheon Eun semakin menjadi
menggoda kekasihnya ini.
“Kau ini”. Hanya itu respon yang keluar dari mulut Him Jung saking
malunya.
Sesaat mereka terdiam.
Sesaat mereka terdiam.
“Him Jung”. Panggil Cheon Eun pelan.
“Hem apa, Chagi?”. Jawab Him Jung.
”Bagaimana kalau selanjutnya kau konser sendirian saja?”. Usul Cheon
Eun perlahan, mendadak nada bicara Yeoja ini berubah.
“Memang selama ini aku selalu melakukkan konser tunggalkan?”. Jawab Him
Jung polos.
“Bukan itu maksudku. Tapi, kau jalani konser tanpa aku”. Jelas Cheon
Eun dengan suara sedikit bergetar.
Mendadak Him Jung menghentikan laju mobilnya ditepi jalan.
Mendadak Him Jung menghentikan laju mobilnya ditepi jalan.
“Apa maksudmu Chagi?”. Tanya Him Jung pelan.
Cheon Eun tidak menjawab. Hanya diam yang bisa dia lakukan. Entah kenapa bibirnya terasa begitu sulit untuk berucap barang 1 katapun. Yang ada kini, tangannya bergetar, keringatnya mulai keluar. Mendadak wajah Cheon Eun menjadi pucat. Dan, menghadapi situasi seperti ini, jelas saja sang ‘Mega Bintang’ kita sedikit khawatir.
Cheon Eun tidak menjawab. Hanya diam yang bisa dia lakukan. Entah kenapa bibirnya terasa begitu sulit untuk berucap barang 1 katapun. Yang ada kini, tangannya bergetar, keringatnya mulai keluar. Mendadak wajah Cheon Eun menjadi pucat. Dan, menghadapi situasi seperti ini, jelas saja sang ‘Mega Bintang’ kita sedikit khawatir.
“Cheon Eun, waeyo? Gwaenchana?”. Tanyanya panik.
“...”
“Cheon Eun”.
‘BRUGH’
Akhirnya, Cheon Eun rebah dari pertahanannya alias pingsan. Dengan sigap Him Jung membawa yeoja itu ke RS.
Akhirnya, Cheon Eun rebah dari pertahanannya alias pingsan. Dengan sigap Him Jung membawa yeoja itu ke RS.
.
.
.
Him Jung benar-benar panik, dan mengutuk dirinya sendiri, karena mengira Cheon Eun seperti ini karena dia bicara keras pada Cheon Eun tadi. Him Jung kemudian menelpon Cheon Bin, kakak Cheon Eun. Beberapa saat kemudian Cheon Bin pun datang dengan wajah sangat-sangat khawatir.
Him Jung benar-benar panik, dan mengutuk dirinya sendiri, karena mengira Cheon Eun seperti ini karena dia bicara keras pada Cheon Eun tadi. Him Jung kemudian menelpon Cheon Bin, kakak Cheon Eun. Beberapa saat kemudian Cheon Bin pun datang dengan wajah sangat-sangat khawatir.
“Him Jung~ah, bagaiana keadaan Cheon Eun?”. Tanya Cheon Bin.
“Dokter masih memeriksanya”. Jawab Him Jung seadanya.
“Padahal aku sudah ingatkkan dia untuk jangan pergi”. Tutur Cheon Bin
penuh penyesalan.
“Wae? Memang kenapa?”.
“Cheon Eun belum cerita padamu?”. Tanya Cheon Bin hampir menangis.
Him Jung hanya menggeleng.
Him Jung hanya menggeleng.
“Cheon Eun didiagnosa mengidap kanker hati stadium satu, tapi meski
baru stad. 1, Cheon Eun harus menjalani pengobatan serius”. Jelas Cheon Bin.
“Apa? Kanker hati?”. Him Jung tampak sangat terkejut atas penuturan
Cheon Bin tadi.
Cheon Bin mengangguk dan meneteskan air mata. Him Jung terduduk lemas, dia mengingat semua ucapan yang dikatakan Cheon Eun sebelum dan sesudah sampai di Osaka.
Cheon Bin mengangguk dan meneteskan air mata. Him Jung terduduk lemas, dia mengingat semua ucapan yang dikatakan Cheon Eun sebelum dan sesudah sampai di Osaka.
“Oppa, kau harus traktir aku ya, mungkin aku tidak bisa menemanimu
konser lagi”.
“Oppa, kau harus biasakan menyiapkan semuanya sendiri mulai sekarang”.
“Bagaimana kalau selanjutnya, kau jalani konser sendiri saja”.
Ucapan itu bergantian mengisi otak Him Jung. Him Jung sadar, ternyata ini yang dimaksud Cheon Eun. Sesaat kemudian, dokter keluar dari ruangan beraroma obat itu. Serentak Cheon Bin dan Him Jung segera berdiri.
Ucapan itu bergantian mengisi otak Him Jung. Him Jung sadar, ternyata ini yang dimaksud Cheon Eun. Sesaat kemudian, dokter keluar dari ruangan beraroma obat itu. Serentak Cheon Bin dan Him Jung segera berdiri.
“Dokter bagaimana keadaan adik saya?”. Tanya Cheon Bin.
“Kalian taukan penyakit yang diderita pasien ini?”. Bukan menjawab,
sang dokter malah balik bertanya.
“Ya Dokter”. Jawab Cheon Bin singkat.
“Nona ini harus segera menjalani perawatan. Aat ini keadaanya sudah
lebih baik, tapi jika dibiarkan, takutnya sel kanker akan semakin cepat
menyebar”. Jelas Dokter.
“Baiklah Dokter, terimakasih” jawab Cheon Bin kemudian.
Dokter itu segera meninggalkan tempat itu. Sementara Cheon Bin segera masuk ke kamar Cheon Eun disusul Him Jung dibelakangnya.
Dokter itu segera meninggalkan tempat itu. Sementara Cheon Bin segera masuk ke kamar Cheon Eun disusul Him Jung dibelakangnya.
“Yeodongsaeng, gwaenchanayo?”. Cheon Bin melontarkan sebuah pertanyaan
yang jelas pasti tidak bisa dijawab oleh yang ditanya.
“Cheon Bin, Cheon Eun akan baik-baik saja kan? Kau Dokter, kau pasti
bisa menyelamatkannyakan?”. Ucap Him Jung sambil terisak.
Tampak sekali Him Jung sudah berjam-jam menahan air mata itu, dan kini ia tumpahkan dihadapan Nam bersaudara.
Tampak sekali Him Jung sudah berjam-jam menahan air mata itu, dan kini ia tumpahkan dihadapan Nam bersaudara.
“Aku Dokter kandungan Him Jung, aku tidak mengerti tentang ini. Kalau
aku tahu akan seperti ini jadinya, aku tidak ingin menjadi dokter kandungan,
aku ingin menjadi dokter spesialis kanker saja”. Jawab Cheon Bin , dengan nada
dan ekspresi tak kalah sedih dari Him Jung.
.
.
.
Ayah dan Ibu Cheon Eun sudah berada di Osaka. Him Jung yang baru saja kembali ke RS dari membeli makanan terlihat kagetakan kehadiran orang tua Cheon Eun.
Ayah dan Ibu Cheon Eun sudah berada di Osaka. Him Jung yang baru saja kembali ke RS dari membeli makanan terlihat kagetakan kehadiran orang tua Cheon Eun.
“Him Jung, kami akan membawa Cheon Eun ke Australia. Jujur, kami baru
tahu kabar tentang keadaan Cheon Eun sekarang, dan kami rasa akan lebih baik
jika sejak dini Cheon Eun menjalani pengobatannya disana”. Ucap tuan Nam.
Him Jung hanya diam saja mendengar calon mertuanya itu. Sampai beberapa saat dia belum bisa membuka suara. Him Jung mulai menunjukkan ekspresi kaget saat kedua bola matanya menatap sosok perawat yang keluar dari ruangan Cheo Eun dengan membawa Cheon Eun yang kini belum sadar menuju mobil orang tua Cheon Eun. Him Jung bingung, dia Syok, kaget, namun masih tidak mampu melakukan apapun selain diam. Bahkan hingga mobil yang membawa sosok tak sadarkan diri itu menghilang dikejauhan, Him Jung hanya bisa menatap dengan pandangan mengabur karena air mata. Jelas ini akan menjadi ladang keberuntungan untuk para paparazzi.
Him Jung hanya diam saja mendengar calon mertuanya itu. Sampai beberapa saat dia belum bisa membuka suara. Him Jung mulai menunjukkan ekspresi kaget saat kedua bola matanya menatap sosok perawat yang keluar dari ruangan Cheo Eun dengan membawa Cheon Eun yang kini belum sadar menuju mobil orang tua Cheon Eun. Him Jung bingung, dia Syok, kaget, namun masih tidak mampu melakukan apapun selain diam. Bahkan hingga mobil yang membawa sosok tak sadarkan diri itu menghilang dikejauhan, Him Jung hanya bisa menatap dengan pandangan mengabur karena air mata. Jelas ini akan menjadi ladang keberuntungan untuk para paparazzi.
.
.
.
.
.
Keesokan harinya, sepanjang jalan Seoul dipenuhi
surat kabar dengan judul berbeda-beda namun satu tujuan. Mulai dari “Cinderella
Him Jung dilarikan ke RS”, “Kekasih bintang Hallyu Goo Him Jung meninggalkan
Korea”, Songwriter Top Management jatuh sakit”, hingga “ Goo Him Jung ditinggalkan
Sang Kekasih”. Artikel ini cukup
mengagetkan semua staf di Top Management. Seorang wanita muda terlihat
membanting sebuah surat kabar dengan wajah kesal.
“Hem, ada apa dengan wartawan-wartawan ini? Berita apa ini?”. Omel
Minri dihadapan karyawan-karyawan yang lain.
Melihat ulah kakak Goo Him Jung ini, karyawan karyawan yang lain hanya bisa geleng-geleng kepala. Tak lama kemudian, Presdir Uhm masuk dan mlihat beberapa surat kabar berserakan di meja Manager Goo.
Melihat ulah kakak Goo Him Jung ini, karyawan karyawan yang lain hanya bisa geleng-geleng kepala. Tak lama kemudian, Presdir Uhm masuk dan mlihat beberapa surat kabar berserakan di meja Manager Goo.
“Ada apa?”. Tanyanya penuh wibawa.
“Lihatlah Presdir, paparazzi semakin merajalela”. Lapor Minri pada Boss
sekaligus sahabatnya itu seraya menyerahkan sebuah surat kabar ketangan
Presdir.
Presdir Uhm mulai membaca artikel pada surat kabar tersebut.
Presdir Uhm mulai membaca artikel pada surat kabar tersebut.
“Apa yang terjadi dengan Cheon Eun?”. Tanyanya sangat panik.
“Presdir, mungkin saja ini hanya kesalahpahaman wartawan”. Minri
bermaksud menenangkan Presdir.
“Manager Goo, apa kau tidak bisa membedakan mana yang serius dan mana
yang hanya sebuah sensasi?”. Tanya Presdir sedikit keras.
Manager Goo kembali membaca artikel itu, dahinya sedikit berkerut dan barulah dia mengangguk-angguk kecil saat dirasa apa yang dicemaskan Presdir itu memang benar.
Manager Goo kembali membaca artikel itu, dahinya sedikit berkerut dan barulah dia mengangguk-angguk kecil saat dirasa apa yang dicemaskan Presdir itu memang benar.
“Dimana Him Jung sekarang?”. Tanya Presdir kemudian.
“Waktu aku berangkat tadi,dia masih dikamarnya”. Jawab Minri perlahan.
“Aku akan kesana”. Ucap Presdir dan berlalu meninggalkan kantor.
.
.
.
Di RS Australia
Cheon Eun sudah sadar, namun masih terbaring ditempat tidurnya.
“Hem, putri ibu sudah bangun”. Sapa Ny. Nam.
“Umma, mana Eonnie?”. Tanya Cheon Eun pelan sekali, tapi masih cukup
tertangkap oleh indera pendengar sang Umma.
“Eonnie mu belum kemari, dia masih dirumah”. Jawab sang Umma dengan
lembut.
Cheon Eun mencoba untuk duduk.
Cheon Eun mencoba untuk duduk.
“Eh, berbaring saja, kau masih terlalu lemah untuk duduk”. Larang Umma.
Cheon Eun menuruti perintah ibunya dan kembali berbaring. Selang beberapa saat kemudian sang Kakak yang ditunggu Cheon Eun pun datang.
Cheon Eun menuruti perintah ibunya dan kembali berbaring. Selang beberapa saat kemudian sang Kakak yang ditunggu Cheon Eun pun datang.
“Annyeong”. Sapa gadis 23 tahun itu dengan wajah berseri-seri.
Sempat terpikir di benak Cheon Eun, bagaimana bisa eonnienya ini tersenyum disaat dongsaengnya sedang dikejar maut. Tapi. Pada akhirnya Cheon Eun mengerti ini adalah bentuk penyemangat untuk dirinya sendiri. Ya, beruntung sekali Cheon Eun memiliki Eonnie seperti Cheon Bin.
Sempat terpikir di benak Cheon Eun, bagaimana bisa eonnienya ini tersenyum disaat dongsaengnya sedang dikejar maut. Tapi. Pada akhirnya Cheon Eun mengerti ini adalah bentuk penyemangat untuk dirinya sendiri. Ya, beruntung sekali Cheon Eun memiliki Eonnie seperti Cheon Bin.
“Kau kelihatan bahagia sekali eonnie?”. Tanya Cheon Eun dengan suara
yang sangat pelan.
“Tentu saja, karena dokter bilang, Rabu ini kau sudah boleh pulang
kerumah”. Ucap Cheon Bin senang.
“Jeongmalyo?”. Cheon Eun tak bisa menyembunyikan raut bahagianya.
“Ne. Tapi kau harus tetap rajin Check Up”. Jawab Cheon Bin pada
dongsaeng kesayangannya itu.
“Mana Appa mu?”. Ny. Nam membuat pertanyaan baru untuk Cheon Bin yang
kini duduk disebelah ranjang Cheon Eun.
“Appa masih di Ruangan Dokter Umma”. Jawab Cheon Bin.
“Kalau begitu, Umma mau menyusul Appa mu dulu ya. Cheon Bin, jaga
adikmu”. Pesan Ny. Nam sebelum meninggalkan kedua putrinya.
“Siap Umma”. Jawab Cheon Bin sangat bersemangat.
Nyonya Nam pun meninggalkan kedua putrinya dan pergi menyusul suaminya ke ruang dokter.
Nyonya Nam pun meninggalkan kedua putrinya dan pergi menyusul suaminya ke ruang dokter.
Sementara dikamar Cheon Eun...
“Eonnie”. Cheon Eun mulai membuka suara.
“Ya?”. Respon yang sangat menggelikan bagi Cheon Eun, mengingat
eonninya yang satu ini agak jarang bersikap manis seperti ini.
“Apa ada kabar dari Him Jung?”. Tanyanya agak sedih.
Pertanyaan Cheon Eun sukses membuat Cheon Bin terdiam. Kemudian dia berjalan mendekati dongsaeng kesayangannya itu.
Pertanyaan Cheon Eun sukses membuat Cheon Bin terdiam. Kemudian dia berjalan mendekati dongsaeng kesayangannya itu.
“Cheon Eun, dengarkan eonnie ya. Pengobatan mu tidak mungkin bisa
selesai hanya dalam hitungan hari atau bulan. Dan eonnie tau akan semakin sulit
jika kau dan Him Jung terus bersama”. Terang Cheon Bin.
“Eonnie salah, justru berada didekat Him Jung adalah obat tersendiri
untukku”. Bantah Cheon Eun.
Cheon Bin mengusap lembut rambut Cheon Eun, mencoba memberikan pengertian pada malaikat kecil keluarganya itu.
Cheon Bin mengusap lembut rambut Cheon Eun, mencoba memberikan pengertian pada malaikat kecil keluarganya itu.
“Tolong kali ini, berpikir secara logis. Apa kau siap melihat Him Jung
berurai air mata setiap hari? Itu yang kami pikirkan Cheon Eun. Selain itu,
jika kalian sering bertemu, pertama, eonnie yakin pengobatanmu tidak akan
efektif. Dan yang kedua, karir Him Jung juga akan terganggu, karena melihat
cinta kalian, mustahil Him Jung akan membiarkan mu di RS tanpa dirinya”. Cheon
Bin memberi penjelasan sejelas-jelasnya pada Cheon Eun yang terlihat sedikit
tidak setuju pada pendapat keluarganya.
“Tapi Him Jung pasti kesulitan tanpa aku, mereka semua di TOP
entertainment juga”. Ucap Cheon Eun.
“Karena itu, fokuslah pada pengobatanmu dulu. Semakin kau fokus, akan
semakin cepat prosesnya, dan semakin cepat pula penyembuhanmu. Setelah itu, kau
bisa kembali, dan berkumpul lagi dengan mereka semua”. Jawab Cheon Bin bijak.
“Arraseo”. Jawab Cheon Eun lemah.
“Berharaplah, ada pendonor hati untukmu Cheon Eun. Dengan begitu,
peluang mu untuk bertahan lebih besar”. Cheon Bin memeluk tubuh rapuh
dongsaengnya, dan tanpa disadari Cheon Eun, dia menitikan air mata kepedihan.
.
.
.
Di Rumah Goo Him Jung.
Sebuah mobil baru saja sampai didepan rumah Keluarga Goo. Dan pengendaranya terlihat terburu-buru masuk kedalam rumah tersebut. Presdir Uhm, ya, seseorang itu adalah sang Presdir muda perusahaan agency TOPEntertainment, memang sudah terbiasa seperti ini, keluar masuk rumah artisnya, sesuka hatinya. Tapi hal ini hanya ia lakukan pada Goo Him Jung, mengingat Presdir adalah sahabat Him Jung dan Minri sejak masa sekolah.
Sebuah mobil baru saja sampai didepan rumah Keluarga Goo. Dan pengendaranya terlihat terburu-buru masuk kedalam rumah tersebut. Presdir Uhm, ya, seseorang itu adalah sang Presdir muda perusahaan agency TOPEntertainment, memang sudah terbiasa seperti ini, keluar masuk rumah artisnya, sesuka hatinya. Tapi hal ini hanya ia lakukan pada Goo Him Jung, mengingat Presdir adalah sahabat Him Jung dan Minri sejak masa sekolah.
“Him Jung... Him Jung...”. teriaknya.
Meskipun teriakannya sudah membahana kesetiap sudut ruangan, namun yang dipanggil tak juga menunjukan batang hidungnya. Hingga akhirnya Presdir memutuskan untuk langsung masuk kekamarnya. Betapa kagetnya ia, saat melihat keadaan kamar Him Jung, yang bisa dikatakan lebih parah dari kondisi ‘TITANIC’ saat dihempas gelombang. Botol minuman berserakan dilantai, pecahan kaca dimana-mana, sementara sang pemilik kamar terbaring diantara semua itu.
Meskipun teriakannya sudah membahana kesetiap sudut ruangan, namun yang dipanggil tak juga menunjukan batang hidungnya. Hingga akhirnya Presdir memutuskan untuk langsung masuk kekamarnya. Betapa kagetnya ia, saat melihat keadaan kamar Him Jung, yang bisa dikatakan lebih parah dari kondisi ‘TITANIC’ saat dihempas gelombang. Botol minuman berserakan dilantai, pecahan kaca dimana-mana, sementara sang pemilik kamar terbaring diantara semua itu.
“Him Jung, Goo Him Jung bangunlah”. Pinta Presdir sambil menggerak-gerakkan
tubuh pria berambut ikal itu.
Perlahan Him Jung membuka mata mabuknya, kemudian tersenyum, persis seperti orang yang sudah kehilangan kewarasannya.
Perlahan Him Jung membuka mata mabuknya, kemudian tersenyum, persis seperti orang yang sudah kehilangan kewarasannya.
“Tae Gun”. Ucapnya sambil memamerkan gigi putihnya.
“Tidak sopan”. Respon tegas dari Presdir membuat Him Jung mendudukkan
dirinya.
“Hei, ini rumahku, aku berhak
memanggil siapapun sesuka hatiku”. Him Jung meracau dengan keras.
“Cepat cuci wajah mu, kalau media tahu, habislah kau”. Presdir mencoba
membantu Him Jung berdiri, namun ditepis oleh Him Jung.
“Biakan saja, biarkan media tahu, denagn begitu Cheon Eun akan tahu
keadaanku. Dia akan tahu, kalau aku tidak bisa hidup tanpanya”. Kali ini ucapan
Him Jung terdengar sangat menyedihkan.
“Ada apa dengan Cheon Eun?”. Tanya Presdir pura-pura tidak tahu.
Him Jung menatap nanar sosok namja yang sudah dianggapnya kakak selama ini.
Him Jung menatap nanar sosok namja yang sudah dianggapnya kakak selama ini.
“Kau tidak tahu?”. Tanya Him Jung.
Presdir hanya menjawab dengan sebuah gelengan. Bagaimana mungkin presdir tidak tahu. Bahkan dia sendiri yang menanyakan keadaan Cheon Eun pada Tn. Nam.
Presdir hanya menjawab dengan sebuah gelengan. Bagaimana mungkin presdir tidak tahu. Bahkan dia sendiri yang menanyakan keadaan Cheon Eun pada Tn. Nam.
“Apa kanker hati bisa membunuh orang Tae Gun? Apa bisa?”. Tanyanya
perlahan.
“Tentu saja”. Jawab Presdir tanpa berpikir panjang.
Entah apa yang dipikirkan Namja ini, sampai-sampai memberi jawaban sepahit itu. Dan beruntungnya, Him Jung tidak mempermasalahkan jawaban Presdir.
Entah apa yang dipikirkan Namja ini, sampai-sampai memberi jawaban sepahit itu. Dan beruntungnya, Him Jung tidak mempermasalahkan jawaban Presdir.
“Apa jahat jika aku berharap Cheon Eun ada disini?”. Tanya Him Jung
semakin sedih.
“Him Jung,,,” presdir menahan ucapannya, kemudian mengubah nada
bicaranya.
“Hah, sudahlah masih stadium awalkan? Cheon Eun pasti akan baik-baik
saja, percayalah. Lagi pula kalu kau cemas, kenapa kau ada disini? Seharusnya
kau disana, menemaninya”. Presdir mencoba mengubah suasana.
“Tae Gun, keluarganya melarangku menemuinya. Mereka bilang ini demi
kebaikan kami berdua. Tapi aku merindukannya, aku tidak bisa hidup tanpa dia
Tae Gun. Apa yang harus aku lakukan?”. Jawab serta tanya Namja 20 tahun itu.
Tae Gun menarik napas dalam-dalam. Dia sangat mengerti bagaimana perasaan Him Jung saat ini. Tentu saja, jangan lupakan status mereka yang masih sama sejak sebelum menjadi mitra hingga menjadi mitra seperti saat ini. Sahabat. Ya, mereka adalah sahabat karib sejak dulu. Dan presdir juga sangat tahu bagaimana perjuangan cinta Him Jung dan Cheon Eun.
Akhirnya presdir memutuskan meninggalkan namja di rumah itu sendirian. Sepertinya begitu lebih baik. Begitu sampai didalam mobil, presdir terlihat menelpon seseorang.
Tae Gun menarik napas dalam-dalam. Dia sangat mengerti bagaimana perasaan Him Jung saat ini. Tentu saja, jangan lupakan status mereka yang masih sama sejak sebelum menjadi mitra hingga menjadi mitra seperti saat ini. Sahabat. Ya, mereka adalah sahabat karib sejak dulu. Dan presdir juga sangat tahu bagaimana perjuangan cinta Him Jung dan Cheon Eun.
Akhirnya presdir memutuskan meninggalkan namja di rumah itu sendirian. Sepertinya begitu lebih baik. Begitu sampai didalam mobil, presdir terlihat menelpon seseorang.
“Pesankan tiket ke Australi sekarang. Dan rahasiakan penerbanganku”.
Pesan Presdir pada salah satu anak buahnya melalui telepon.
.
.
.
Di Rumah Sakit.
”Cheon Eun, minum dulu obatmu”. Pinta Tn. Nam apad putri bungsunya itu.
“Pahit sekali Appa”. Keluh Cheon Eun.
“Semua obat itu pahit”. Cheon Bin memukul kepala adiknya pelan.
“Eonnie, kau menganiaya pasien”. Ujar Cheon Eun.
“Kalau pasiennya sepertimu, dunia mengizinkan”. Jawab Cheon Bin santai.
“Huh”. Cibir Cheon Eun.
“Cheon Bin, kau tidak praktek hari ini?”. Tanya sang Umma pada Si
Sulung keluarga Nam itu.
Ya, cukup rumit memang rute yang harus dilewati Cheon Bin beberapa hari ini. Awalnya dia di Australi, lalu pulang ke Seoul karena mendapat kabar tentang penyakit Cheon Eun. Setelah beberapa hari, dia kembali ke Ausi, tapi kemudian dia kembali ke Seoul, karena sakit Cheon Eun kambuh. Barulah akhirnya dia kembali ke Ausi sekaligus untuk pengobatan Cheon Eun. Ya, semuanya memang demi Cheon Eun, dongsaeng satu-satunya yang sangat ia sayangi.
Ya, cukup rumit memang rute yang harus dilewati Cheon Bin beberapa hari ini. Awalnya dia di Australi, lalu pulang ke Seoul karena mendapat kabar tentang penyakit Cheon Eun. Setelah beberapa hari, dia kembali ke Ausi, tapi kemudian dia kembali ke Seoul, karena sakit Cheon Eun kambuh. Barulah akhirnya dia kembali ke Ausi sekaligus untuk pengobatan Cheon Eun. Ya, semuanya memang demi Cheon Eun, dongsaeng satu-satunya yang sangat ia sayangi.
“Nde Umma, hari ini aku akan ikut membawa pulang anak manja ini”. Jawab
Cheon Bin.
“Nugu?”. Tanya Cheon Eun polos.
“Tentu saja kau”. Jawab Cheon Bin lagi.
Cheon Eun hanya bisa mendengus kesal mendengar jawaban eonnienya itu.
Cheon Eun hanya bisa mendengus kesal mendengar jawaban eonnienya itu.
“Ingat ya, minggu depan kau akan menjalani pencangkokan hati. Jadi kau
harus jaga kesehatanmu baik-baik”. Pesan Tn. Nam.
“Arraseo, Appa”. Jawab Cheon Eun.
“Baiklah, Appa dan Umma akan menemui dokter dulu. Cheon Bin, selesaikan
beres-beresnya”. Perintah Ny. Nam.
“Ne, Umma”. Cheon Bin menganggukkan kepalanya.
Tak berapa lama Appa dan Umma mereka pergi, seseorang dengan tubuh tegap dan kulit putih masu kekamar Cheon Eun dan membuat Cheon Eun kaget.
Tak berapa lama Appa dan Umma mereka pergi, seseorang dengan tubuh tegap dan kulit putih masu kekamar Cheon Eun dan membuat Cheon Eun kaget.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar