Kamis, 19 Juli 2012

I LOVE U, Doct! (Chapter 2)



Cast:
Choi Eun Joon as Shin Jae Sun
Cho Kyuhyun as Kim Shi Yoon
Park Shi Hoo as Kim Jisun
Im Joo Hwan as Han Jook Dong
Kim Hyun Joong as Song Seh Joo

and other.

Authoress: Restia Ningsih

This is a Little Scenario. (Maybe?)

Just Read No Bash.

 

Sumarry: Cinta adalah tentang Saling Percaya Satu Sama Lain. (Sumarry apaan ini #authorGeje)

.....................................................................................................................................................................

 

“Tn. Kim, kau tahu? kau ini payah, mengajak seorang wanita keluar hanya untuk minum kopi?, kau akan dikira penjual kopi.” ujar Jae Sun.
“Kau ini, kau bisa dipenjara karena menghina polisi”. balasnya.
“Maafkan aku pak polisi.” “Ayo!.” Jae Sun mengulurkan tangan mungilnya.
“Kemana?”.
“Wanita itu seleranya  10x lebih baik dari pria, ayo aku ajak kau ketempat yang semestinya, tidak baik kalau pria dan wanita duduk di tepi jalan sambil memegang kopi”. tukasnya sambil tersenyum manis.
“Terus saja menyerangku”. protes Shi Yoon.
“Sudah ayo”. Jae Sun menarik tangan Shi Yoon.

***

Mereka sampai disebuah toko steak. Tiba-tiba pandangan Shi Yoon berubah.

“Steak?”. tanyanya.
“Kenapa? kau tidak suka?, aku lapar. alasan aku mau keluar jam segini, karena aku pikir, aku bisa makan”. jelas Jae Sun.
“Jam 21.00 makan steak? tidak lucu”. jawab Shi Yoon.
“Kenapa harus lucu? kalau lapar, sebaiknya makan apa saja makanan yang bisa kau makan. Lagi pula steaknya tetap enak dan hangat”. ujar Jae Sun.

Shi Yoon terus  melirik tulisan Steak dan kearah Dr. Shin. Ingin sekali dia mengatakan sesuatu yang penting, tapi dia tidak tega.

“Mau tidak? kalau mau kita masuk dan pesan”. “ah, kalau kau mau, aku janji besok kita keluar lagi, tapi kau yang tentukan tempatnya. Setuju?”. bujuk Jae.
“Benar?”. Shi Yoon tampak bersemangat.
“Aku tidak pernah ingkar janji”. ucapnya. “Ayo”. kali ini Jae menarik lengan baju Shi Yoon dengan kuat.

***
Saat ini mereka sudah duduk dilantai toko itu. Tatapan Shi Yoon belum berubah.

“Bibi, aku pesan 2 porsi steakny”. Jae agak berteriak.
“Baik”. ucap si pelayan.
“Dr. Shin”. panggil Shi Yoon.
“Ya?”. jawab Jae. “Kenapa wajahmu pucat?”. tanyanya khawatir.
“Aku…….”. belum sempat Shi Yoon bicara, pesanan mereka sudah datang.
“Ini Nona, Tuan”. ucap pelayan.
“Terimakasih Bi”. jawab Jae.
“Dr. Shin, aku…..”.
“Buka mulutmu! coba cicipi ini”. Jae menyuapi Shi Yoon.
“Enakan?”. tanyanya tanpa memperdulikan reaksi Shi Yoon.
“Dr. Shin……….”.

Kali ini suara Shi Yoon melemah, dan Jae mulai khawatir melihat keadaan Shi Yoon.

“Tn. Kim, kau baik-baik saja? Ha, kulitmu, kulitmu memerah”. ucap Jae.

Shi Yoon terlihat sangat pucat.

“Bibi, apa disini ada kamar kosong? sepertinya temanku alergi”. tanya Jae setengah berteriak.
“Ah, mari nona, di sebelah sini”.

Si pelayan menunjukan sebuah kamar pada Jae sun. Untungnya Jae Sun adalah dokter, jika tidak, pasti dia sudah sangat panik. Beberapa saat kemudian, setelah diobati, Shi Yoon terlihat lebih tenang, wajah yang tadinya seperti kepiting rebus kini sudah kembali normal.

“Kenapa tidak bilang kalau kau alergi?”. tanya Jae.
“Maaf, kau bilang kau lapar, aku takut kau kelaparan”. alasan Shi Yoon.
“Terimakasih sudah memikirkan aku, tapi apa yang kau takutkan benar-benar terjadi, aku kelaparan. Seandainya kau bilang dari awal, mungkin kita bisa cari restoran mie, sekarang aku mau memakanmu”. tukas Jae.
“Maafkan aku, ha, aku sudah lebih baik. Ayo pulang”. ajak Shi Yoon.
“Hah, aku tidak punya tenaga, aku laparrrr”. keluh Jae Sun.

Akhirnya, sebelum pulang mereka makan mie di toko sebelahnya. Malam itu benar-benar malam menyebalkan bagi Jae Sun.

***
“Terimakasih sudah mau makan dulu sebelum pulang”. ucap Jae Sun.
“Tidak apa-apa setidaknya sekarang aku tidak perlalu terlalu merasa bersalah”. balas Shi Yoon.
“Kau ini”. Jae Sun mendengus.
“Ayo kita pulang”. ajak Shi Yoon.
“Hey, aku bawa mobil sendiri”. Jae menunjuk kearah mobilnya.
“Apa? Benarkah?”. tanya Shi Yoon setengah kecewa.
“Iya benar, keluar jam 9 malam mana mungkin aku naik angkutan umum”. jawab Jae.
“Lain kali, kalau bertemu denganku, jangan bawa mobil. Sebagai pria, aku merasa malu membiarkan seorang wanita pulang sendiri”. pinta Shi Yoon.
“Begitukah? Berarti kau tidak boleh mengajak ku bertemu diatas jam 9 malam, mengerti?”. tukas Jae.
“Aku akan menjemputmu dirumah”.
“Memang kau tahu dimana rumahku?”.
“Aku akan mengikutimu, ayo..”. Shi Yoon menggandeng lengan Jae Sun.

Tiba-tiba Jae Sun teringat sesuatu, dan menahan langkahnya.

“Ada apa?”. tanya Shi Yoon.
“Tadi, kenapa kau suruh aku menutup telponnya?”. tanya Jae.
“Ohh, masih alasan yang sama, sebagai pria aku tidak mau dianggap tidak bermodal yang maunya ditelpon”.
“Hem, yayaya, gengsi mu besar sekali”. jawab Jae Sun.

Merekapun pulang dengan mobil mereka masing-masing. Shi Yoon mengikuti dari belakang. Setelah sampai dirumah Jae Sun, Shi Yoon pun memutar arah dan meninggalkan rumah Jae.

***

Keesokan paginya, di kediaman keluarga Kim.

“Semalam kaka pulang jam berapa?”. Tanya Sohwa.
“Setengah sebelas”. jawab Shi Yoon singkat.
“Apa ada kasus?”. kali ini Jisun yang bertanya.
“Yang namanya kantor polisi, setiap detik selalu ada masalah kak”. jawabnya.
“Hari ini tugasmu mengantar Sohwa, aku ada meeting jam 8″. ucap Jisun.
“Heh, seharusnya dia sudah bisa pergi sendiri”. Shi Yoon mengeluh.
“Kakak sendiri yang tidak mengizinkan aku membawa mobil”. protes Sohwa.
“Siapa yang menyuruhmu membawa mobil? Naik bis!”. balas Shi Yoon.
“Kejaaam”. teriak Sohwa.
“Sudah-sudah, aku harus berangkat sekarang. Habiskan sarapan kalian”. pesan Jisun.
“Ya kak”. jawab Shi Yoon dan Sohwa kompak.

***

Di RSJ Seoul.

“Pagi Dokter Shin”. sapa seorang perawat.
“Pagi”. balasnya.
“Pagi Dr. Shin”. sapa perawat yang lain.
“Pagi juga”. balasnya.
“Pagi Dr. Shin”. kali ini Dr. Song yang menyapanya.
“Ah, pagi Dr. Song, ada yang ingin aku bicarakan”. ucap Jae Sun.
“Denganku?”. tanya Dr. Song.
“Tentu saja”. jawab Jae Sun singkat.
“Ada apa?”.
“Begini, bisa aku minta arsip penanganan Pasien Han Jook Dong?”. tanya Jae.
“Kalau itu, Dr. minta saja pada petugas arsip”. jawab Dr. Song.
“Begitu ya? Baiklah, terimakasih”. ucap Jae, kemudian meninggalkan Dr. Song.

Jae Sun pun menemui Petugas arsip.

“A, Dr. Shin, ada yang biasa kubantu?”. tanya petugasnya.
“Aku mencari arsip untuk pasien Han Jook Dong”.
“Pasien Han Jook Dong?”.
“Iya benar, adakan?”.
“Arsip itu Dr. Na yang memegangnya.”
“Dr. Na?”.
“Benar dokter”.
“Aneh, bukankah itu arsip umum?”. Jae Sun mengerutkan dahinya.

Petugas itu hanya menggeleng. Akhirnya, Jae Sun meninggalkan tempat itu, dengan tanda tanya besar di pikirannya.
***


Dr. Shin bicara dalam hatinya

“Memberi obat dengan cara suntik, arsip umum dipegang sendiri. Ini aneh”. “Apa yang disembunyikan Dr. Na?”. Tanyanya.

Kemudian Dr. Shin meninggalkan tempat itu menuju kamar pasien Han.

“Tn. Han, bagaimana kabarmu?”. tanya Dr. Shin begitu didapatinya pasien Han sedang duduk di tepi tempat tidurnya.
“Hem, dokter yang lain selalu bertanya, apa aku tidak lelah bicara sendiri terus seperti ini, tapi aku selalu mengatakan, aku tidak akan pernah menyerah”. “Meski sampai akhir nanti kau tetap tidak mau bicara, aku tidak akan pernah berhenti”.
“Tn. Han, boleh aku tanya sesuatu?”. “Apa yang dilakukan Dr. Na tiap dia datang kemari?”.
“Kalau kau tidak mau menjawab tidak apa-apa, cukup dengarkan saja.”
“Aku, melihat sebuah keanehan, kenapa Dr. Na selalu menyuntikmu dan menyembunyikan arsip mu.”

Pasien Han tetap diam.

“Kau masih ingat kan ucapanku padamu?, aku disini sebagai sahabatmu, bukan doktermu, jadi kapanpun kau ingin cerita, aku akan siap mendengarkan.”
“Karena aku merasa, sebenarnya kau tidak gila.”

Pasien Han terlihat kaget mendengar ucapan Dr. Shin.

“Panggil aku, kapanpun kau mau bicara.”

Baru satu langkah Dr. Shin meninggalkan tempat itu.

“Benarkah?”. satu kata keluar dari mulut pasien Han.
“Ha? Tn. Han, kau bicara? Kau bisa bicara?”. Dr. Shin sangat kaget dengan Pasien Han yang akhirnya membuka mulutnya.
“Benarkah kau disini sebagai teman, bukan dokter yang sok tahu?”. Tanyanya.
“Ya, tentu saja, kau bisa percaya padaku.”

***

Dr. Shin meninggalkan ruangan itu.

(flashback)

“Benar aku tidak gila, aku waras, 100% waras, seseorang sengaja membuat laporan palsu untuk menjebloskan aku kemari. Dan Dr. Na bekerja sama dengan orang itu.”
“Apa?”.
“Suntikan yang diberikan Dr. Na hanyalah vitamin c, aku tahu itu, beberapa dokter terdahulu tau kenyataannya, tetapi Dr. Na, mulai membuat siasat untuk membuat mereka bungkam.”
“Lalu, bagaimana tentang makan? Bagaimana kau bisa bertahan tanpa makan?”.
“Siapa bilang?, aku selalu makan, setiap kali semua orang tidur, aku, masuk kedapur dan makan. Ini”. (menunjukan sesuatu).
“Kunci?”.
“Ya, ini kunci semua ruangan”.
“Kau punya kunci kenapa tidak lari?”.
“Lari?, heh, kalau aku lari, nyawa keluarga ku dalam bahaya.”
“Serumit itukah?”.
“Dr. Shin, apa kau bisa membantuku?”.
“Apa yang bisa kulakukan?”.
“Ini, (mengeluarkan sebuah kartu nama).” “Dia orangnya”.
“Siapa?”.
“Orang yang sudah membuat aku ada disini dan yang seharusnya berada di penjara.”
“Penjara?”.

Dari luar seseorang memanggil Dr. Shin.

“Dr. Shin, ada yang mencari dokter.”
“Katakan agar dia menunggu, aku masih menangani pasien”.
“Baik Dr. Shin.”

Jae Sun melanjutkan pembicaraannya.

“Kenapa dipenjara?”.
“Karena dia sudah membunuh adikku.”
“Apa, membunuh kau bilang?”.

(flashback selesai)

“Sulit dipercaya”. Ucapnya.
“Jae Sun”. sapa seseorang.
“Shi Yoon, kenapa disini? Baru kali ini aku melihat polisi yang begitu santai sepertimu.”
“Mau makan siang?”.
“Boleh, kebetulan jam ku sudah selesai”.

***

Di kantor Kim Ji Sun.

*tok-tok-tok*

“Masuk”.  perintah Ji Sun.
“Presdir, ada yang ingin bertemu”. Lapor Sekretaris.
“Siapa?”. tanya Ji Sun.
“Aku”.
“A, Dokter Na, silakan duduk, Sekretaris Jang, tolong buatkan minuman untuk Dr. Na”.
“Baik Presdir”.
“Ada apa Dokter datang kemari?”.
“Aku membawa laporan tentang Han Jook Dong, jujur aku sudah tidak sanggup membohongi semua bawahan ku, tidak bisakah kita akhiri saja?”.
“Dr. Na, kalau sampai kau melakukan itu, aku akan buat kau tidak pernah bertemu dengan keluargamu lagi”.
“Presdir”.
“Aku serius, kau tau kan aku tidak pernah main-main dengan ucapanku”.

***

Dr. Na meninggalkan kantor itu.

“Dr, mau kemana? baru saja aku mau kedalam.” Cegat sekretaris Jang.
“Kau minum sendiri saja.” ucap Dr. Na dengan sangat emosi.
“Dia pikir dia siapa?”. Ucapnya lagi.

***

Sementara dalam ruangan Ji Sun Berkata,

“Aku tidak akan melepaskannya sebelum dia berjanji untuk mengubur kasus ini”. Ucapnya dengan penuh kekesalan.

***

Di tempat lain,

“Tuan, Nona, silakan mampir”. Tawar seorang pedagang.
“Apa ini?”. tanya Jae Sun.
“Ini air cinta sejati.” jawabnya.
“Air cinta sejati?”. Shi Yoon tidak mengerti.
“Benar, siapa saja pasangan yang mencuci wajahnya dengan air ini, akan menjadi pasangan selamanya”. jelasnya.
“Benarkah?”. tanya Shi Yoon.
“Benar Tuan”.
“Jae Sun, ayo kita coba”. ajak Shi Yoon.
“Apa ?.”(Shi Yoon menarik tangannya),
“Ayo tepukan kewajahmu”.

Setelah mencoba itu, mereka melanjutkan perjalanan.

“Kenapa kita harus mencoba air itu?”. tanya Jae Sun.
“Kenapa?”.
“Tn. Kim, kita kan bukan pasangan”. Protes Jae Sun.
“Benarkah? kalau begitu air itu mujarab,.”.
“Apa?”.
“Ya, karena mulai sekarang kita pasangan. Jadilah pacarku”. pinta Shi Yoon.

(Tanpa menunggu jawaban, Shi Yoon menarik tangan Jae Sun dan memeluknya).

***
Di kediaman keluarga Kim.

“Kakak, sudah jam 11, kenapa kak Shi Yoon belum pulang?”. tanya Sohwa pada  kakak tertuanya.
“Mungkin ada kasus besar, kau tidur duluan saja Sohwa!”. Jawab serta perintah Jisun pada adik bungsunya.

Belum sempat Sohwa beranjak dari tempatnya saat ini, tiba-tiba Shi Yoon masuk. Sohwa pun mengurungkan niatnya, dan duduk kembali.

“Aku pulang”. salam Shi Yoon dengan senyum sumringah, membuat kedua saudaranya bingung.
“Ada kasus besar ya Kak/”. Tanya Sohwa antusias.
“Ya, sangat besar, antara hidup dan mati”. jawab Shi Yoon dengan gelagat yang sulit dimengerti oleh saudaranya.
“Berlebihan, pasti tentang wanita”. tebakan Jisun mamang tepat.
“Kau memang pintar, Kak”. jawab Shiyoon.
“Baiklah sampai jumpa besok semuanya”. ucap Shiyoon sambil melangkah pergi ke kamarnya, meninggalkan kedua saudaraanya yang rela belum tidur demi menunggunya.

“Dia jadi aneh kalau sedang jatuh cinta”. komentar Sohwa.
“Sohwa tidurlah”. alih-alih menanggapi ucapan Sohwa, Jisun malah menyuruh Sohwa tidur.

Dan Jisun pun menyusul kedua adiknya.

***

Di RSJ Seoul, di kamar pasien Han.

“Tn. Han”. Panggil Jae Sun pelan.
“Dr. Shin, ada apa?”. tanya Pasien Han tak kalah pelan.
“Ada yang ingin aku tanyakan”. ujar Jae Sun.
“Apa?”. tanya Pasien Han.
“Untuk apa aku harus kmenemui Presdir Kim?”. tanya Jae Sun, sangat pelan, agar tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka, meskipun mereka yakin tidak mungkin ada orang yang tertarik mendekati ruangan pasien Han yang terisolir, apalagi untuk menguping.
“Dr. Shin dengar, kejadian itu terjadi dirumah sakit ini, adikku adalah salah satu perawat disini”. jawab Pasien Han.


(flashback)

Di atap gedung RSJ Seoul, pukul 23.00 KST.

“Jisun, aku mohon jangan lakukan ini padaku”. pinta Han Na Rin pada sesosok pria yang berdiri membelakanginya.
“Narin, kita tidak bisa bersama lagi”. jawab Jisun tanpa menatap kearah Narin.
“Hey, berani-beraninya kau perlakukan adikku seperti itu”. SEseorang berteriak dari arah belakan Narin, dan sukses membuat Jisun akhirnya menoleh kearah Narin.

Han Jook Dong, kakak Narin, tampak sangat marah besar.

“Bukankah, suatu hubungan memang seperti ini? Kalau sudah tidak searah, untuk apa dilanjutkan? sebaiknya berpisah saja”. ucap Jisun santai, tanpa memikikan akibatnya.
“Kau, dasar kurang ajar”. Jook Dong meradang.

Jook Dong bermaksud mendekati Jisun, dan memberikannya pelajaran, namun Jisun yang sudah mencium gelagat Jook Dong, segera menarik Narin kedekapannya, dan mengancam akan mendorongnya dari atap gedung.

“Kalau kau mendekat, kau harus ucapkan selamat tinggal pada adik kesayangan mu ini”. ancam Jisun.
“”Jisun lepaskan dia!”. Perintah Jook Dong.

Sementara itu, Narin berusaha keras melepaskan diri dari Jisun. Dan, secara tidak sengaja, Narin terdorong dan jatuh dari atap gedung yang begitu tinggi itu. Dan, tubuh mungil itu seakan melayang sampai ke dasar, dan darah segar pun membanjiri sekitar tubuhnya.
“Apa yang kau lakukan? Brengsek kau Kim JI Sun”. Jook Dong memukul Jisun habis-habisan.
“Aku akan membunuhmu”. sambung Jook Dong lagi.
“Dr. Na, apa yang kau lakukan? cepat bantu aku!”. Kim JIsun meminta bantuan pada Pimpinan para Dokter di RS itu, untuk mengurus Jook Dong yang terus menghujamnya dengan pukulan-pukulannya.

(flashback end)

“Dr. Na bilang pada polisi, bahwa yang menyebabkan Narin jatuh adalah aku, tetapi agar aku tidak dipenjara, Dr. Na mengakui aku sebagai salah satu pasien RS ini”. kenang Pasien Han. “Hah, Licik”. Pasien Han mendengus kesal.
 .
.
.
.
.
TBC

Will you give me a comment Please???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar