Kamis, 19 Juli 2012

I LOVE U, Doct! (Chapter 1)






Cast:
Choi Eun Joon as Shin Jae Sun
Cho Kyuhyun as Kim Shi Yoon
Park Shi Hoo as Kim Jisun
Im Joo Hwan as Han Jook Dong
Kim Hyun Joong as Song Seh Joo

and other.

Authoress: Restia Ningsih


This is a Little Scenario. (Maybe?)

Just Read No Bash.

 

Summary: Cinta itu tentang saling percaya satu sama lain. (Summary apaan ini? haha.. #authorGeje)

.................................................................................................................................................................


 
Shin Jae Sun, mengawali hari pertamanya di Seoul dg lari pagi. Menyusuri jalanan yg masih sepi. Saat memasuki sebuah lorong, Jae Sun terkejut, karena ada sesosok tubuh tergeletak di hadapannya. Dia bingung harus bagaimana, hingga akhirnya orang itu berucap lirih, tak bisa didengar oleh Jae Sun.

“Tuan, apa tuan baik2 saja? Ya ampun, dahi tuan berdarah, tapi disini tidak ada orang, tuan”. Jae Sun sangat kebingungan.
“Aku tidak apa2″. Jawab laki2 itu.
“Tapi darahnya terus mengalir tuan, kalau begitu tuan tunggu disini, jangan kemana2 ya tuan, aku akan segera kembali”. Ucap Jae Sun, yg Setelah itu segera berlari pergi.
Sementara lelaki itu tetap diam pd posisi nya. Beberapa saat kemudian, Jae Sun datang lagi dg bungkusan ditangannya. Kemudian dia mengobati luka lelaki itu.
“Ha, selesai tuan. Em, apa kau ini korban pengroyokan, atau perampokan?”. Tanya Jae Sun.
“Apa saja, terserah kau. Tapi yg pasti, aku hanya mengetes kemampuan bela diri mereka”. Jawabnya.
“Mereka?? heh, kau ini Sudah kalah masih saja sombong. Ya ampun jam berapa ini?” Jae Sun kaget setelah melirik alroji nya. “Ya sudah kalau begitu, aku harus pergi. Kau bisa pulang sendiri kan? Sampai jumpa”. Ucap Jae Sun tanpa menunggu jawaban orang yang trluka itu, sambil berlalu.
Sementara lelaki itu hanya tersenyum saja menatap gadis yang belakangan dia ketahui namanya Shin Jae Sun dari saputangan yang digunakan untuk menyeka darah di dahinya. Begitu aneh namun manis menurutnya gadis itu. . . . .
Akhirnya Jae Sun tiba dirumah,
“Dr. Shin, tadi Dr. Jimmy menelpon, karena ponsel dokter tertinggal jadi saya yang menerima telpon itu”. Lapor Ma Yoo Ri, pelayan dirumah Jae Sun.
“Apa yang dia katakan?”. Tanya Jae.
“Dia hanya meminta dokter segera ke RS”. Jawab Yoo Ri.
“Hanya itu saja?” tanya Jae lagi.
“Benar dokter, hanya itu”. ucap Yoo Ri.
Kemudian Jae Sun mengambil baju dan tasnya, lalu pergi.
“Yoo Ri, kalau aku pulang terlambat, kau makan saja duluan”. Pesan Jae sebelum dia masuk kedalam mobilnya. “Baik dokter”. Jawab Yoo. Jae Sun pun pergi dg mobilnya.
“Baik dokter”. Yoo Ri mengiyakan pesan majkannya.
Sesampainya di Rumah Sakit, Dokter Jae segera menuju sebuah ruangan, dan menyapa dokter yang berdiri dihadapannya saat ini.
“Dr. Jim”. Panggil Jae.
“A, Dr. Shin, silakan duduk”. Ucap Dr. Jim seraya mempersilakan Dokter Jae duduk di kursi di ruangannya.
“Ada apa dokter memintaku datang?”. Tanya Jae.
“Begini, secara tiba2 para dokter di RSJ Seoul, berhenti”. Ucap Dr. Jim.
“Apa? Apa yg terjadi?”. Tanya Jae.
“Lebih detilnya aku juga tidak tahu, dan aku memintamu datang, karena, RSJ Seoul menarik beberapa dokter dari setiap RSU di Seoul. Dan dari RS ini, kau yg terpilih”. Jelas Dr. Jim.
“Apa? Tapi dokter, kenapa bukan dokter yg menangani masalah kejiwaan yang ditarik ke rumah sakit itu? bukankah, bidang kami sangat bertolak belakang?”. Tanya Dr. Shin.
“Entahlah, mereka bilang ini keputusan dari depkes. Mereka memilih dokter yg bisa di umum, juga di kejiwaan. Dan kau yg terpilih, karena kau mendapatkan pendidikan dikeduanya”. Jelas Dr. Jim.
“heh, begitu”. Jae Sun menghela napas.
“Besok, kau langsung saja kesana, Dr. Na akan menunggumu”. Pesan Dr. Jim.
“Baik dokter, kalau begitu aku permisi dulu”. Ucap Jae, kemudian meninggalkan RS itu. . . . . .
Keesokan harinya, Jae Sun sudah sampai di RSJ Seoul. Sampai disana, beberapa orang telah menunggunya. Kemudian seorang dokter datang menyalaminya.
“Dr. Shin Jae Sun?”. Sapanya.
” Iya benar”. Jae membenarkan.
“Perkenalkan, aku Dr. Na Dong Wook, aku pimpinan disini. Mari ikut dengan ku”. Ajaknya.
“Beberapa hari yg lalu, banyak dokter disini mengundurkan diri secara tiba-tiba. Tanpa sebab, itu sebabnya kami minta bantuan dari kalian”. Jelasnya.
“Tapi dokter, apa sudah tidak ada dokter-dokter yang memang menangani bidang ini? karena rasanya lucu saja, jika seorang dokter umum, harus menangani masalah kejiwaan”. Tanya Jae.
“Kami memilih para dokter yang tidak hanya menguasai satu bidang, tapi di dua bidang sekaligus, umum dan kejiwaan, hal ini untuk menghindari kejadian seperti kemarin, begitu dokter Shin”. Jelasnya.
“Oh, begitu”. Jae tampak mulai mengerti.
Tiba-tiba seorang dokter menghampiri mereka.
“A, mari ku perkenalkan, dia adalah satu-satunya dokter yang masih bertahan di RS ini. Dr. Song Seoh Joo, Dr. Song, ini Dr. Shin Jae Sun dari RSU Seoul”. Dr. Na memperkenalkan.
Dr. Song mengulurkan tangannya.
“Senang berkenalan dengan anda dokter Shin”. Ucapnya.
“Aku juga dokter Song”. Balas Jae.
“Baiklah Dr. Shin, dari sini kau akan ditemani Dr. Song”. Kata Dr. Na.
“Baik, terimakasih banyak Dr. Na”. Balas Jae.
Dr. Na pun tersenyum, kemudian berlalu.
“Mari, aku akan mengantarkan anda berkeliling RS ini, melihat lingkungan baru anda”. Ajaknya.
“Ayo”. Ucap Jae sambil tersenyum.
Mereka brdua, Dokter Song dan Dokter Shin brjalan mengitari RS sambil bercerita.
“Sebelumnya RS ini cukup tentram, tetapi tiba-tiba saja, sebuah tragedi muncul dan membuat para dokter berhenti serentak”. Ucap Dr. Song.
“Tragedi? Tragedi apa?” tanya Dr. Shin tidak mengerti.
“Aku jg tidak bgitu mengerti, tiba-tiba saja mereka mengatakan hal-hal aneh. Mulai dari pasien yg kelewat batas kelakuanya, hingga ruangan brhantu. Hah, entahlah dokter2 itu membuatku gila”. Jelas Dr. Song.
“Menolak ditugaskan, bukankah brarti merka menentang kewajiban?”. Tanya Dr. Shin lagi.
“Iya memang begitu, bhkan mereka bilang, mereka rela dinonaktifkan daripada harus bekerja disini”. Jawab Dr. Song. “Lantas apa yg membuat semua dokter baru, berani datang kesini?” Dr. Shin masih bingung.
“Itu karna sebelum dokter yang lama keluar dr RS ini, mereka sudah disumpah untuk tidak mencritakan hal ini pada orang lain”. Terang Dr. Song.
“Kalau begitu, brarti kami sudah di bohongi?”. Canda Dr. Shin.
“Hehe, maaf”. Ucap Dr. Song.
“Tidak masalah, bagiku disini atau disana sama saja, aku sama-sama dipanggil Dr. Shin. Benarkan?”. Tukas Dr. Shin.
“Ya benar, a, Dr. Shin itu adalah kamar pasien, yang sering disebut-sebut sebagai ruangan berhantu oleh para dokter yg dulu itu”. Ucap Dr. Song.
“Kamar itu?”. Tanya Dr. Shin.
“Ya Dokter”. Dr. Shin masih trus memandangi kamar itu, entah mengapa mendadak ia merasa sangat tertarik dengan kasus kali ini. . . . . .
“Aku mau melihatnya”. Pinta Dr. Shin.
“Kau yakin?” tanya Dr. Song sedikit ragu.
“Tentu saja, bukankah aku akan menjadi dokternya, tentu aku harus tau semuanya”. Jawab Dokter Shin dengan mantap.
“Baiklah kalau begitu, ayo!”. ajak Dokter Song.
Mereka berjalan mendekati kamar itu, memang kamar itu tidak seperti kamar yg lain. Kamar itu lebih tenang, sekaligus menyita rasa was-was.
“Itu dia, namanya Han Jook Dong”. Kata Dr. Song sambil menunjuk kearah seoarang pria yang sedang duduk diam di sebuah kursi.
“Han Jook Dong?”. Tanya Dr. Shin.
“Ya, sekarang ini dia jauh lebih tenang dari sebelumnya. Sebelumnya hampir tiap hari dia melempar makanannya, dan berteriak bahwa dirinya tidak gila”. Ungkap Dr. Song.
“Bagaimana bisa seperti ini?”. Tanya Dokter Shin penasaran.
“Semua pasien memang seperti itu, pasti kini dia sudah merasa lelah. Tapi sayangnya saat dia tidak mengamuk, justru muncul anggapan lain bahwa dia dikuasai arwah kamar ini”. Jelas Dr. Song.
“Cerita tahayul apa itu?”. Selidik Dr. Shin.
“Yg ku dengar, seorang dokter pernah melihat sepasang matanya mengeluarkan sinar biru, keesokannya Dokter itu memilih pindah”. Terang Dr. Song.
Mendengar cerita itu, Dr. Shin tertawa kecil, kelihatannya dia kurang percaya dengan mitos itu. ……
“Lucu sekali, aku curiga pada dokter itu, jangan-jangan dia salah satu pasien yang berpura-pura menjadi dokter”. Dr. Shin bicara dengan nada curiga dan masih tetap tertawa.
“Dr. Shin”. Tegur Dr. Song.
“Iya iya, aku hanya bercanda. Baiklah, karena aku sangat penasaran maka aku akan jalani sendiri”. Ucap Dr. Shin.
“Tapi Dr. Shin, apa kau tidak tau, kamar ini hanya akan ditangani oleh Dr. Na”. Tukas Dr. Song.
“Em, kenapa? Aku mau menangani masalah ini kenapa tidak boleh”. Tanya Dr. Shin.
“Terserah Dr. Saja, sebaiknya bicarakan hal itu pada Dr. Na”. Saran Dr. Song.
Dr. Shin hanya tersenyum mendengar respon Dr. Song, kemudian berjalan mendekati pasien Han.
“Hai”. Sapa Dr. Shin, namun tidak mendapat tanggapan apa-apa.
“Aku mencari Tn. Han, apa kau Tn. Han?”. Dr. Shin bertanya sambil mengarahkan wajahnya ke wajah pasien Han.
Meski pasien Han terus menghindari tatapan Dr. Shin, tetapi Dr. Shin selalu mengejar wajah pasien Han, persis seperti seorang ibu yang membujuk anaknya yg sedang marah. Dr. Song yg melihat peristiwa ini hanya memasang wajah khawatir.
“Namaku Shin Jae Sun, mulai hari ini aku akan menjadi doktermu, ayo berkenalan”. Dr. Shin mengulurkan tangannya, tetapi tetap diabaikan oleh pasien Han.
“Dr. Shin, percuma, sampai kapanpun dia tidak akan mau bicara”. Sebuah suara mengagetkan Dokter Shin dan Dokter Song.
“Dr. Na”. Ucap Dr. Shin dan Dr. Song bersamaan.
“Puluhan dokter sudah pernah mencoba untuk bicara dengannya, tapi sia-sia”. Jelas Dr. Na.
“Dr. Na, beri aku waktu, biarkan aku menangani pasien ini”. Pinta Dr. Shin.
“Kau yakin?”. Tanya Dr. Na.
“Ya aku sangat yakin, aku mohon dokter,,,,”. Ucap Dr. Shin dg penuh keyakinan.
“Baik kalau kau memang betul-betul yakin”.
Di kediaman keluarga Kim. Shi Yoon, Ji Sun, dan So Hwa, mereka semua sedang sarapan pagi.
“Em? Shin Jae Sun, seorang Dr. RSU yang dipindah posisi menjadi Dr. RSJ? Berita apa ini?”. Komentar So Hwa untuk sebuah artikel di koran.
“Mana?” Ji Sun terlihat penasaran.
Sementara Shi Yoon terlihat kaget dan berlari mendekati adiknya.
“So Hwa mana artikelnya?” tanyanya.
“ini”. So Hwa menyerahkan korannya.
“Apa tidak ada gambarnya?” tanyanya lagi.
“Tidak, memangnya kenapa?” So Hwa balik bertanya.
“Kelihatanya, kau semangat sekali?” Selidik Ji Sun.
“Tidak ada, aku ke kantor dulu”. Shi Yoon menghindari pertanyaan saudara-saudaranya dan pergi.
“Kakak, hari ini kakak yang harus mengantarku”. Teriak So Hwa.
“Dengan Kak Ji Sun saja”. Teriak Shi Yoon pula.
Shi Yoon pun masuk kedalam mobilnya,
“Tunggu dulu, kalau hari itu aku tidak salah lihat, di saputangan nona itu, ada nama Shin Jae Sun seperti yang tertera di koran pagi ini. Dari geraknya dia memang seperti seorang dokter.  Hem, aku harus cari tau sendiri. Seingatku, aku belum berterima kasih padanya. Shi Yoon bermonolog sendiri dalam hatinya.
Pagi itu Dokter Shin bersama dua orang suster, sedang berada di depan kamar pasien Han. Dokter Shin memang pantang menyerah.
“Ayo, bawa makanannya kedalam”. perintah Dokter Shin.
“Maaf dokter Shin kami tidak berani”. jawab salah satu dari kedua suster itu.
“Apa yangkalian takutkan? didalam sana hanya ada seorang pasien yang kesepian”. terang dokter Shin dengan bijak.
“Dokter Shin mungkin saja cerita itu benar dokter?” tanya suster yang lain.
“Benar dokter, bagaimana kalau saat kita masuk, lalu tiba-tiba dia menyerang kita?”. timpal suster yang satu lagi.
“Hem,hem, aku jadi ragu, apa benar kalian ini adalah seorang perawat?” tanya dokter Shin, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Kedua perawat itu sontak terdiam mendengar ucapan Dokter Shin.
“Sini, berikan padaku. Aku sendiri yang akan membawanya”. pinta Dokter Shin.
“Dokter Shin”. cegah salah satu suster.
“Sebaiknya, jangan dokter. bagaimana kalau dia tiba-tiba kumat”. sambung suster disebelahnya.
“Benar dokter, biasanya yang menangani pasien ini adalah dokter kepala”. lengkap suster yang tadi.
“Dengar, mulai sekarang yang akan menangani pasien ini adalah aku, bukan Dokter Na, kumohon terbiasalah, mengerti?” terang Dokter Shin.
Kedua suster itu menundukan kepalanya.
“Jadi kalian tetap tidak mau ikut?” tanya Dokter Shin.
Mereka tetap diam dan menunduk.
“Baiklah kalian boleh pergi”.ucap Dokter Shin lagi.
Kedua suster itu kaget dan mengangkat kepalanya, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengar oleh mereka.
“Dr. Shin” ucap suster-suster itu bersamaan.
“Kenapa? disuruh pergi juga tidak mau? Aku jadi bingung, apa yang kalian inginkan?” Dokter Shin mengernyitkan keningnya.
“Ah, tidak dokter Shin, kalau begitu kami pergi dulu”. ucap mereka bersamaan.
Dokter Shin hanya tersenyum melihat tingkah dan ekspresi kedua susternya itu. Lalu dia masuk kedalam kamar itu, kamar pasien Han.
“Selamat pagi, pasien Han, ah tidak, bukan pasien Han, tapi Tuan Han”. Sapa Dokter Shin.
Yang disapa tetap diam tidak menggubris sapaan Dokter Shin.
“Kau belum sarapan kan? Ini aku bawakan sarapan untukmu”. ucap Dokter Shin.
Namun sebanyak dan sesering apapun Dokter Shin bicara, pasien Han tetap tidak membuka suara.
“Kau adalah pasien yang tidak biasa. Kau tidak beraktifitas, tidak mengoceh, tidak tertawa, tidak menangis, jujur kau tidak seperti orang yang sakit”. tukas dokter Shin.
“Apa kau tau? aku bisa merasakan apa orang itu menderita sakit jiwa atau tidak. Dan jujur, awalnya aku tidak menyangka kalau kau adalah salah satu pasien”. terang dokter Shin.
Pasien Han benar-benar tidak menggubris kata-kata Dokter Shin.
“Baik, disini ada ratusan pasien, aku harus membantu dokter yang lain. Kau harus makan ya, sejam lagi aku akan kembali lagi kemari, dan memberimu obat”. pesannya.
Baru beberapa kali dokter Shin melangkah, dia sudah bicara lagi.
“Tuan Han, Aku adalah temanmu, aku bukan dokter mu. Jadi kapanpun kau ingin bicara, aku akan selalu siap untuk mendengarkan”. Dokter Shin menambahkan senyum manis diakhir ucapannya.
Dia pun keluar dari kamar itu. Sementara Pasien Han, terlihat cukup berpikir tentang ucapan Dokter Shin tadi.
Saat tiba di depan ruangannya, seorang suster memanggil Dokter Shin.
“Dr. Shin, seseorang mencari anda”. lapor suster itu.
“Benarkah? Siapa?”.Tanya Dokter Shin.
“Saya juga kurang tahu, yang pasti dia tampan dokter, dan juga dia seorang polisi, em, dokter Shin”. ucap suster itu lagi dengan nada menggoda.
“Ah, suster ini. Sekarang dia dimana?”. tanya nya lagi.
“Oh, dia menunggu diruangan anda, dokter”. jawab sang suster.
Kemudian Dr. Shin segera masuk ke ruangannya.
“Maaf”. Sapa Dr. Shin begitu melihat seoarang pria berdiri membelakanginya.
Orang itupun menoleh.
“Hai, jadi benar kau orangnya? Tadinya aku sempat berpikir, kalau saja aku salah orang, apa yang harus aku lakukan?” ucapnya.
Dokter Shin mencoba mengingat wajah pria itu.
“Untunglah aku tidak salah orang”. ucapnya lagi.
Melihat Dokter Shin terdiam, dia bertanya lagi.
“Apa kau tidak ingat padaku?”. tanyanya.
Dokter Shin menggelengkan kepalanya.
Kemudian Pria itu menunjuk-nunjuk dahinya.
Tiba-tiba Dokter Shin teringat sesuatu.
“Oh, Tuan Korban di pinggir taman?”. tebaknya.
“Pinggir taman?” awalnya ia tidak mengerti, tapi kemudian “oh iya benar, ingatan mu bagus”. tambahnya lagi.
“Tentu saja, tapi ada apa kemari, dan dari mana kau tau aku disini?” tanya doktr Shin.
“Aku baca artikel tentang dokter alih profesi,itu kau kan?”. candanya.
“Ya, benar (dengan nada suara rendah). Dokter alih profesi. Ada perlu apa?”. tanyanya lagi.
“Em, kemarin aku lupa mengucapkan terimakasih padamu”. jawab Pria itu.
“Ah, tidak perlu sungkan, Tuan……”. balas Dokter Shin.
“Kim Shi Yoon”. sambung Pria itu.
“Oh, Tn. Kim Shi Yoon. Maaf aku harus memberi obat pasien. boleh aku tinggal?”. lanjutnya.
“Oh, tentu saja dokter Shin”. jawab Shi Yoon.
“Em, kau tau namaku?”. tanya dokter Shin.
“Artikel”. jawab Shi Yoon singkat.
“Oh, iya” jawab Dokter Shin singkat pula.
“Permisi”. Dokter Shin, memasukkan kepalanya kedalam kamar pasien Han.
Namun seperti biasa, tetap diam tak menghiraukan sapaan dokter mungil itu.
“Hai, makanan mu tidak dimakan?”. tanyanya.
Meskipun tidak mendapat jawaban dari pasien Han, Dokter Shin tidak berhenti bertanya dan bicara.
“Hem, padahal tadinya aku berharap, begitu sampai disini aku hanya perlu memberimu obat, tapi ternyata, aku masih harus menyuapimu juga”. celotehnya tanpa henti.
Pasien Han tetap diam, bahkan menolehpun tidak. Dia terlihat begitu asyik dengan pikirannya sendiri. Entah apa itu, hanya dia dan dunianya yang mengerti. Namun entah kenapa, Dokter Shin begitu yakin, firasatnya benar mengenai kondisi Psikis Pasien Han yang baik-baik saja.
“Ayo buka mulutmu!”. perintahnya.
“Karena kalau tidak, aku akan memasukan makanan ini melalui telinga mu”. sambungnya lagi.
Dan berhasil, untuk pertama kalinya pasien Han menatap kearah Dokter Shin.
“Oh, kau sudah berani menatap kearahku ya”. katanya dengan senyum mungil di sela bibirnya, menambah pesona dari dokter muda itu.
Mendengar ucapan Dopkter Shin, Pasien Han segera memalingkan wajahnya.
“Tidak apa-apa, aku sama sekali tidak keberatan kau pandangi seperti itu”. celotehnya lagi.
Jika orang tidak tahu, dan hanya mendengar ucapan-ucapan dokter ini, sudah pasti mereka akan menyangka pasien ini sedang diajak bicara oleh kekasihnya.
“Hem, apa kau selalu bersikap seperti ini? tidak pernah mau makan. Apa saat ditangani dokter Na, kau juga melakukan hal yang sama?, jadi sudah berapa lama kau tidak makan, aku terkejut kau masih bisa bertahan hidup tanpa makan”. tanyanya panjang lebar, seakan-akan dia berbicara dalam satu napas.
Pasien Han memang keras kepala, meski dia sudah mendengar ocehan panjang dokter di sampingnya, dia masih tidak bergeming, tetap diam dalam posisinya saat ini.
“Baiklah karena jam kerjaku sudah selesai, aku anggap hari ini aku gagal. Tapi, aku belum menyerah, kau tahu, aku masioh punya banyak waktu untuk membuat sebuah kata keluar dari mulut beku mu”. Pesannya.
Dokter Shin meninggalkan Pasien Han, yang tentu saja masih tetap diam.

***

“A, Dokter Shin, sudah mau pulang?”. tegur Dokter Song.
“Em, Dokter Song. Iya, aku mau mengambil jaketku dulu kemudian pulang. Dokter belum pulang?”. dokter Berambut panjang itu balik bertanya.
“Belum, ada hal yang harus aku selesaikan. Kalau begitu, kau hati-hati ya”. pesan Dokter Song.
“Baiklah, terimakasih Dokter”. ucapnya.
Dokter Song membalas ucapan Dokter Shin dengan senyuman manis di sudut bibirnya. Baru beberapa langkah, Dokter Shin memanggil Dokter Song lagi.
“A, iya, Dokter Song”. panggilnya.
Dokter Song menoleh.
“Ya, ada apa?”. tanyanya.
“Ada yang ingin aku tanyakan”. jawab dokter Shin.
“Padaku?”. tanya Dokter Song lagi.
“Ya, tentu saja”. jawab Dokter Shin.

Kemudian mereka masuk lagi dan mencari tempat untuk berbicara. Tampaknya, wajah Dokter Shin cukup serius untuk pertama kalinya. Padahal hari itu sudah cukup larut, tapi dia begitu penasaran dan ingin menanyakannya saat itu juga.

“Ada apa?”. tanya Dokter Song. “Kau mulai bosan bekerja disini?”. sambungnya.
“Bukan. Ini mengenai Pasien Han. Apa sampai sekarang Pasien Han tetap tidak mau makan?”. tanya dokter Shin.
“Bukankah kau yang menangani Pasien Han?”. Dokter Song balik bertanya.
“Memang, tapi setiap aku masuk membawa makanan dia sedikitpun tidak mau makan. Mungkin berbeda jika orang lain yang masuk”. jelas dokter innocent itu.
“Ya, yang aku tahu begitu. Karena yang berani masuk kekamar Pasien itu hanya kau dan Dokter Na, dan sekarang hanya kau yang keluar masuk ruangan itu, jadi kalau dengan mu dia tidak mau makan, berarti dia tidak makan”. jelas Dokter Song panjang lebar.
“Tapi bagaimana mungkin, dia bisa tetap hidup tanpa makan, minum bahkan minum obat?”. tanya Dokter Shin, dengan rasa ingin tahu yang meluap-luuap.
“Itulah yang membuat lkami semua heran. Dan sekaligus menjadi bukti bahwa ada hal aneh pada diri pasien Han”. jawab Dokter Song.
“Aneh sekali, lalu apa yang dilakukan Dokter Na, setiap masuk ke kamar itu?”. Tanya Dokter Shin masih dengan nada semangat 45.
“Dr. Na?, em, yang aku tahu tiap Dr.Na kesana dia selalu memberika obat pada pasien Han melalui suntikan”. jawab Dokter Song.
“Setiap hari? Itu tidak efisien”. capnya.
“Kami sudah pernah mengatakannya pada Dokter Na. Tapi menurut Dokter Na, ini satu-satunya cara agar pasien Han mau mengkonsumsi obatnya”. Jawab Dokter Song, persis seperti menjawab pertanyaan cerdas cermat.

Dokter Shin mencukupkan pertanyaanya. Pikirannya diselimuti banyak tanda tanya. Kali ini entah apa yang sedang ia pikirkan. Bahkan setelah Dokter Song masuk keruangannya, dia masih terpaku, persis seperti sikap yang selalu ditunjukan oleh Pasie Han setiap hari.

“Aku pulang”. Dr. Shin tiba di rumahnya, dan segera masuk kedalam.
“Dr. kau sudah pulang?”. sambut Yoo Ri.
“Apa ada yang mencariku?”
“Em, tidak dokter, tapi tadi ada telpon”. lapor Yoo Ri.
“Mencariku kan?”.
“Hehe iya dokter”.
“Siapa?”.
“Dia bilang namanya Kim Shi Yoon, dia berpesan kalau dokter sudah pulang, dokter diminta menghubungi nomer ini”. ucap Yoo Ri seraya menyerahkan selembar kertas.
Dr. Shin menerima kertas itu.
“Baiklah kau boleh istirahat”. kata Dr. Shin.
“Dr. Sudah makan?”.
“Ya sudah”. jawab Shin singkat padat dan tidak jelas.
“kalaau begitu aku tidur dulu ya”.
Jae Sun hanya menjawab ucapan Yoo Ri dengan anggukan.

***

“Menghubungi nomer ini, hem”. ucap Jae Sun malas. *menekan nomer yang tertera di kertas*
“Hallo”. suara disebrang terdengar sangat lembut dan dikenal oleh Jae Sun.
“Tn. Kim?”. Tebaknya.
“Oh, Dokter Shin. Cepat tutup telponmu”. pintanya.
“Apa?”. tanya Jae Sun bingung.
“Tutup telponmu”. Shi Yoon mengulang ucapannya.
“Tapi,,,,,”. belum sampai suara Jae Sun terdengar oleh Shi Yoon, telpon itu sudah terputus.
“Apa-apaan, tadi menyuruh hubungi dia, sekarang menyuruh menutup, tapi dia tutup duluan. Aneh”. omel Jae sun.

Tak lebih dari 5 detik, ponsel Jae Sun berdering. Dan segera diangkat begitu tau yang menghubunginya adalah Kim Shi Yoon.

“Hallo, kau ini kenapa tuan?”. tanyanya.
“Maaf dokter Shin”. ucap Shi Yoon.
“Apa maksudnya semua ini?”. tanya Jae Sun dengan nada tinggi.
“bisa kita bertemu?”. Shi Yoon tidak memperdulikan pertanyaan Jae Sun.

***

Beberapa menit kemudian, Dr. Shin sampai ditempat yang dipesankan Shi Yoon dalam telpon.

“Maaf dokter Shin, aku memintamu keluar malam-malam seperti ini”. sambut Shi Yoon.
“jujur saja sebenarnya aku kaget dan curiga, apa tujuanmu”. Jae Sun memasang wajah emosinya.
“Aku suka wanita yang waspada”. balas Shi Yoon.
“Hem???”. dengus Jae Sun.
“Ini, waktu itu kau belikan aku kapas, kain kassa, dan obat merah”. “Jadi sekarang aku mau menggantinya dengan kopi”. tukas Shi Yoon.
“Tn. Kim,, kau ini lucu, kau taukan aku seorang dokter, kalau jam segini aku minum kopi, itu artinya aku tidak bisa tidur, kalau aku tidak tidur, besok pagi aku bisa mengantuk, lantas pasien-pasienku?”. tanya Jae Sun begitu rinci.
“Jadi aku salah ya?”. tanya Shi yoon.
.
.
.
.

TBC

Can you give me a comment???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar