Try To love me
Cast:
Cho Kyuhyun
Choi Seung Hyun (TOP)
Choi Eunjoon
Sejujurnya, aku gag tau gimana caranya buat ff
yang baik dan beraturan. Tapi, aku buat kayak gini aja ya. Aku gag bisa buat ff
tapi aku hobby ngarang. Ya, kalau kalian gag berkenan nyebut ini ff, sebut aja
ini cerpen. Ne?^^ #bedanya dimana ya#
Dikarenakan bulan Ramadhan, disini aku buat
pura-puranya Oppadeul ini muslim. gag papakan???
Satu lagi, aku juga gag bisa buat summary, jadi,
langsung baca aja ne^^.
............................................................................................................................................................
Eunjoon POV
Selesai shalat tarawih, aku terpaksa pulang
sendirian. Beginilah jika tinggal di area yang begitu minim remaja wanita. Mau
tidak mau, aku harus berjalan kaki sendirian menuju, apartemenku yang cukup
jauh dari Masjid tempat aku sholat. Semakin lama, semakin jauh aku berjalan
menjauhi masjid itu, aku semakin merasa ada yang aneh. Entah ini hanya
perasaanku saja atau memang ada yang tidak beres. Sesekali aku menoleh
kebelakang, tapi tidak ada apapun yang tertangkap oleh mataku. Bagitu aku kembali
menatap kearah depan....
Aku tersentak kebelakang saat mataku menangkap
sesosok wajah namja yang sulit dikategorikan.
"Gwaenchana??". tanya namja itu lembut,
namun sayangnya justru membuatku takut.
Aku hanya bisa terdiam, dan perlahan memundurkan
langkah kakiku.
"Kenapa mundur-mundur". tanya Namja
itu, yg meskipun sudah tau aku takut tetap saja mendekatkan diri.
“Nug... Nuguya???...”.tanyaku terbata-bata.
“Jangan takut, aku bukan penjahat”. Dia berucap
dengan sangat santainya, padahala keringat dinginku sudah bercucuran.
Bayangkan, sekarang ini aku berada ditempat yang teramat sangat sepi dan jauh
dari jangkauan orang-orang kalaupun aku bisa berteriak.
Tiba-tiba dia mengulurkan tangannya. Tindakan
refleksnya itu membuat aku kaget. Ku kira dia akan mulai meluncurkan
serangannya. Begitu tangan itu terulur, aku segera menepisnya dengan sajadah ditangan
ku. Dan segera saja aku berlari menjauhinya.
“Ya! Agashi,,, waeyo??”.
Setidaknya itulah kata darinya yang masih bisa ku
dengar, sebelum aku jauh meninggalkannya, dan bertemu dengan namja lainnya.
Namja lainnya? Sepertinya mereka hanya sama-sama namja, karena gaya mereka
berbeda. Namja yang tadi itu bisa dikatakan tampan dan jujur wajahnya tidak ada
tampang kriminal. Tapi beberapa namja kali ini, sangat jauh berbeda, tidak
tampan, dan wajah kriminalnya itu lekat sekali. Baiklah, aku tau kita tidak boleh
menilai sesuatu dari luarnya saja. Tapi sungguh, sekarang ini hanya satu yang
aku rasakan. TAKUT. Aku kembali memundurkan langkah ku lagi.
“AAA... mau kemana nona manis? Baru selesai
sholat ya? Kenapa sendirian? Ingin diantarkan pulang?”. Tanya mereka
bergantian. Ya Allah, bukankah di bulan ramadhan seperti ini, semua setan
dikurung? Tapi kenapa masih banyak yang berkeliaran.
Saat mereka mulai mendekatiku, secepat kilat aku
membalikkan badan ku, bermaksud untuk berlari memutar arah jika saja aku tidak
menabrak orang di belakangku.
“Mau kemana Nona? Tidak baik gadis manis
sepertimu, berada diluar selarut ini”. Ucapnya yang benar-benar membuatku mati
kutu. Apa yang harus aku lakukkan sekarang?.
Eunjoon POV End
kyuhyun POV
Apa tampangku begitu menyeramkan ya,
sampai-sampai nona tadi lari seperi itu. Hah, padahal aku hanya ingin
mengingatkan agar dia tidak mengambil jalur kiri, karena kalau dia mengambil
jalur kiri dia akan bertemu dengan..........
Ya Allah, itu nona yang tadi kan? Inilah yang aku
takutkan. Dengan cepat aku mendekati kerumunan orang itu.
“Hei, Lepaskan dia”. Waw, gaya bicaraku sudah
seperti pahlawan didrama-drama saja.
“Siapa kau, apa urusanmu ha?”. Pria berbadan
bongsor ini, suaranya benar-benar tidak enak didengar.
“Aish, aku ini siapa? Kalian tidak tahu?
Bagaimana kalau aku ajak kalian berkenalan dengan ayahku”. Tawarku pada
pria-pria tidak tampan di hadapanku ini.
“Apa maksudmu?”. Pria yang sedikit lebih pendek
dari yang tadi ikut bicara.
“Ayahku, ya Ayahku, Ketua Satuan Polisi Seoul. Kalian
pasti kenalkan. Cho Siwon.
“Ap, apa... Cho Siwon??”. Ucap pria yang kutebak
pasti dia ketua mereka.
Aku hanya mengangguk mengiyakan pertanyaannya.
“Ayo kita pergi. Aku tidak mau berurusan dengan
polisi menyebalkan itu”. Perintahnya.
Merekapun segera pergi dari hadapan kami.
Kekekeke.. aku hanya bisa terkekeh
kecil.... setelah itu, aku kembali fokus pada yeoja tadi.
Kyuhyun POV end
Normal POV
Kyuhyun menatap wajah wanita itu yang bisa
dikatakan antara kebingungan dan seperti ingin menangis.
“Gwaenchana?”. Lagi-lagi kata itu yang terucap
dari bibir Kyuhyun.
Kyuhyun memberanikan diri mendekat ke yeoja itu.
Ya, dia memang takut, takut yeoja ini akan berlari lagi.
“Jangan mendekat.” Teriak yeoja itu.
“Kau masih berpikir aku ini orang jahat? Aku baru
saja menolongmu”. Ucap Kyuhyun.
Yeoja itu diam sebentar dan mengamati Namja
dihadapannya dengan teliti.
“Benarkah kau putra Cho Siwon?”. Pertanyaan polos
keluar dari mulut Eunjoon.
Seketika saja, tawa Kyuhyun meledak, membuat
Eunjoon sedikit merasa bingung dan kesal.
“Hahahahaha,,, Ayo duduk dulu, haha, tidak papa,
aku tidak akan memakanmu, aku masih makan nasi kau tahu”. Ucap Kyuhyun sembari
mengajak Eunjoon untuk duduk di bangku tampan disampingnya.
“Wae? Wae guraeyo?”. Tanya Eunjoon polos.
“Kelihatan sekali kau ini tidak kenal dengan
Kepala Polisi Seoul itu”. Ujar Kyuhyun.
“Mwo?”. Eunjoon membulatkan matanya.
“Kau baru di Seoul ya? Anak Cho Siwon itu perempuan.
Eunjoon mempoutkan bibirnya.
“Rumahmu masih jauh?”. Tanya Kyuhyun.
Eunjoon hanya menjawab dengan sebuah anggukan.
“Ayo, aku antar”. Tawar Kyuhyun.
Eunjoon hanya menatap kearah Kyuhyun.
“Wae? Tidak percaya? Hah, kau ini, kau tahu? Tadi
itu aku sudah berusaha megingatkanmu untuk tidak lewat jalur ini. Sekarang ayo,
aku antarkan pulang. Aku tidak akan membahayakanmu”. Ajak Kyuhyunsekal lagi.
Eunjoon yang memang trauma ini, akhirnya setuju
diantar pulang oleh Kyuhyun yang setidaknya tadi sudah menolongnya.
Eunjoon POV
Entah kenapa, akhirnya aku setuju diantar pulang
olehnya. Di perjalanan kami hanya diam. Sesekali bisa kulihat, dia melirik
kearahku. Aku hanya bisa berpositif thinking untuk hal ini. Tiba di depan
gedung apartement ku, aku mohon diri untuk masuk ke apartement ku. Setelah
memastikan aku sudah masuk, diapun melangkah menjauhi gedung ini perlahan.
Tapi, aku baru teringat sesuatu, yang membuat aku harus buru-buru, menemuinya
lagi.
“Chakkaman...”. cegahku begitu aku berhasil
menemukannya.
Dia berbalik menatapku.
“Ne...???”. tanyanya.
“Gamsamida.......”. aku sengaja mnggantung
ucapanku bermaksud agar dia menyambung dengan menyebutkan namanya.
“Kyuhyun, Cho Kyuhyun imnida”. Sambungnya sambil
tersenyum manis. Omo?? Manis???
“Neo???”. Tanyanya yang membuat aku segera
tersadar kembali dari lamunanku.
“Aaa, Choi Eunjoon imnida.” Jawabku.
“Ne, bangapta, semoga kita bisa betemu lagi,
masuklah, sudah malam, jaljjayo”. Ucapnya kemudian berlalu tanpa menunggu
jawaban dariku. Namja yang aneh, tadi dia begitu antusias untuk bicara
denganku. Tapi sekarang, aku ajak bicara dia malah buru-buru pergi. Sekilas aku
melihat arlojiku, Omoo, 23.32??? wajar saja dia menyuruhku segera masuk, dasar
Eunjoon pabbo. Jalljayo Kyuhyun~ssi.
.
.
.
.
Normal POV
Eunjoon bangun dengan malasnya. Sejujurnya, dia
tidak ingin bangun hanya untuk makan sahur yang tidak terlalu menarik menunya ini.
Tapi sayangnya, makan sahur itu juga disunatkan. Begitu Eunjoon beranjak menuju
meja makannya, seseorang tiba-tiba memencet bel apartemennya. Dengan lebih
malas lagi, Eunjoon melangkah menuju layar intercomnya. Dan betapa terkejutnya
dia saat melihat sosok yang terlalu ia rindukan berdiri didepan pintunya. Kali
ini dengan sangat bersemangat dia membuka pintu apartemennya.
“Lama sekali, kau tau, Salju sedang turun
sekarang ini”. Omel Namja ini.
“Oppa...”. Eunjoon refleks memeluk Namja itu.
“Aish, biarkan aku masuk dulu. Aku sudah terlau
lama disiram salju”. Protesnya.
“Ah, ne, mianhae. Kajja”. Eunjoonpun menutup
kembali pintu apartemennya.
“Kapan Oppa kembali ke Seoul?”. Tanya Eunjoon
begitu, mereka sudah duduk di meja makan.
“Ini menu sahurmu? Menyedihkan sekali”. Ejeknya
tanpa memperdulikan pertanyaan Eunjoon.
“Ya! Oppa, bukannya menjawab pertanyaanku malah
menghina menu makan sahurku”. Eunjoon mempoutkan bibirnya.
“Haha, wajahmu belum berubah. Untung saja aku
datang tepat pada waktunya. Ini...”. Namja itu menyerahkan bungkusan
ditangannya kepada Eunjoon.
“Ige Mwoya?”. Tanya Eunjoon.
“Nutrisi”. Jawab Namja itu seenakknya.
“Ya! Dasar menyebalkan. Kau mau bilang makanan
disini tidak bernutrisi?”. Amuk Eunjoon.
“Memang begitukan”. Jawab Namja ini sekali lagi
dengan santai
Eunjoon melangkah kedapur, mengambil 2 buah
piring dan 2 buah mangkuk dengan ekspresi kesal.
“Jangan cemberut begitu, pipimu yang bulat itu
akan semakin bulat tau”.
“Ya! Seunghyun Oppa, berhentilah berbicara
seenaknya. Aku kira, saat kau pulang dari Swiss, kau akan lebih dewasa. Tapi
ternyata.....”.
“Bogoshipo”. Satu kata dari Namja bernama
Seunghyun atau TOP ini, berhasil menghentikan protes Eunjoon.
“Mwo?”.
“Jeongmal Bogoshipoyo”. Ulang TOP.
Kemudian TOP berdiri dan memeluk Eunjoon.
“Aku pulang kemarin sore. Aku tidak betah disana.
Terlalu banyak rumus yang harus aku telan, dan itu memuakkan. Lalu aku teringat
kekasihku sedang sendirian di Seoul. Pasti dia kesepian dan tersiksa karena
harus sahur dan tarawih sendirian. Jadi aku putuskan untuk menghentikan
pendidikanku dan kembali kesini. Lagi pula aku lebih suka musik dari pada
peralatan praktikum itu”. Jelas TOP, sejelas-jelasnya.
Eunjoon POV
Aku masih terdiam akibat penuturannya, mungkin
kalian belum mengenal namja ini. Baik, akan aku perkenalkan sekarang. Namja
tampan satu ini, adalah kekasih, ah bukan dia oppaku. Oppa tiriku. Sejak ibuku
menikah dengan ayahnya, status kami berubah. Seberapapun besarnya cintaku
padanya, aku harus menerima status baru kami sebagai saudara. Tapi, aku rasa tidak
untuk dia. Buktinya dia msih menganggapku kekasihnya. Ayah tau hubungan kami,
karena hal itulah ayah mengirim Seunghyun Oppa untuk belajar di Swiss, agar
perlahan dia bisa melupakanku. Dan 2 tahun sudah berlalu. Dimana orang tua
kami? Mereka tinggal di Spanyol. Aku tidak tau bagaimana mengahadapi Seunghyun
Oppa. Tiap kali dia memelukku, aku merasa dunia begitu kejam karena telah
memisahkan kami. Tapi, setelah itu aku tersadar. Jodoh, Rezeki dan Maut adalah
kuasa Allah. Aku berpikiran Seunghyun Oppa bukan jodohku, karena itu dia dibuat
berubah menjadi Oppaku. Itulah pikiran positif yang bisa kulakukan.
“Baiklah, sebentar lagi imsak. Ayo kita makan”.
Seunghyun Oppa melepas pelukannya, dan mulai menyantap menu sahur yang
dibelinya tadi.
.
.
.
.
Usai makan sahur, kami duduk di beranda kamarku.
Menanti adzan subuh. Sudah lama tidak sholat
diimami Seunghyun Oppa.
“Aku akan tinggal disini”. Ucapnya tiba-tiba.
“Shireo”. Jawabku spontan membuat dia membulatkan
matanya.
“Wae?”. Teriaknya, untung apartemenku kedap suara
jadi aku tidak perlu takut suaranya yang menggelegar itu akan mengganggu
ketentraman tetanggaku.
“Kau punya apartemen sendiri, bagaimana kalau
Umma atau Appa tau? Kali ini mungkin aku yang akan dikirim ke kutub selatan”.
Jawabku.
“Aku kesepian di apartementku, kau juga
begitukan. Ya, kalau nantinya kau yang akan dikirim pergi, itu bagus.” Ucapnya
diselingi senyuman yang menurutku ANEH.
“Apa maksud Oppa?”. Tanya ku menuntut penjelasan.
“Kalu kau dikirim kesana, aku akan ikut denganmu.
Lalu kita bisa menikah disana”. Lagi-lagi dia menunjukan senyum aneh itu.
“Ya!”. Aku memukul pelan kepalanya yang dilapisi
rambut dengan warna, ehm, menurutku keren, Biru.
“Kau sudah gila, aku tidak mau menikah denganmu”.
Jawabku lalu berlari masuk dan mengunci kamarku. Entah apa yang dipikirkan Namja
itu. Menikah? Dia pikir menikah itu seperti pakai baju. Mudah dan cepat. Tapi,
jujur itu memang impianku. Impian gilaku. Aku sering berpikir, kenapa aku tidak
kabur, kemudian menikah dengan Seunghyun Oppa, dan mengasingkan diri kesuatu
tempat yang tidak akan bisa dilacak Umma dan Appa.
Dari luar bisa kudengar teriakannya.
“Chagy, kalau kau berpikir aku akan menuruti
permainan Appa, maaf tapi kau harus kecewa. Aku tidak akan pernah menyerah,
jika Appa bisa menikahi ibumu, aku juga bisa menikahimu”.
Gila, apa yang ada di otak Namja aneh itu. Aku
merasa wajahku mulai memerah sekarang. Merah karena malu kurasa.
.
.
.
.
Normal POV
Pagi-pagi sekali Eunjoon sudah berangkat
kekampusnya. Begitu dia mau naik kesalah satu bis, klakson sebuah mobil
membuatnya mengurungkan niatnya.
“Hei, ayo, aku antar”. Seunghyun muncul dari
dalam mobil itu.
“Kau, bukannya kau masih dirumah? Kapan kau
keluar rumah?”. Tanya Eunjoon tidak percaya.
“Tentu saja sebelum kau keluar rumah. Ayo”.
Seunghyun menarik lengan Eunjoon.
Eunjoon sendiri hanya bisa menurut.
.
.
.
.
Eunjoon POV
Jantungku tidak bisa berdetak dengan normal
sekarang. Ya Allah, jangan sampai puasaku sia-sia hari ini. Begitu sampai di
area parkir, aku segera keluar dari mobilnya. Melangkahkan kaki dengan cepat,
tapi rasanya secepat apapun aku melangkah, tetap saja bisa disusul olehnya.
“Kenapa mengikutiku?”. Tanya ku penuh percaya
diri.
“Siapa yang mengikutimu? Aku kan mau masuk
kekelasku. Kau lupa? Aku sudah keluar dari universitas Swiss, dan aku akan
kuliah disini. Bersama kekasihku.” Jawabnya dengan terlalu santai.
“Nugu, siapa kekasihmu?”. Balasku.
“Tentu saja kau”. Pandanganku tak lagi tertuju
pada Seunghyun Oppa, melainkan Namja yang berdiri tak jauh di belakangnya. Itu
namja yang kemarin. Kyuhyun. Entah mengapa melihatnya, aku jadi dapat ide.
Segera saja aku berlari menghampirinya. Ku biarkan Seunghyun Oppa tinggal
disana.
“Eunjoon~ssi”. Bisa kutebak dia pasti terkejut
aku juga ada disini, sepertinya aku yang terkejut melihatnya.
"Annyeong Kyuhyun-ssi, bisa bantu aku
lagi?". tanyaku to the point.
"Bantu apa?". tanyanya.
Tak sempat aku menjawab karena Seunghyun
terlanjur lebih dulu sampai didekat kami.
Ya Allah, semoga Kyuhyun ini mengerti maksudku.
dengan terpaksa aku meraih lengan Kyuhyun.
"Ini dia Oppa, kekasihku. Namanya
Kyuhyun.” Aku memperkenalkan Kyu sebagai kekasihku. Kenapa perasaanku jadi aneh
begini ya??
"Mwo?". Seunghyun Oppa terlihat
sangat terkejut. Begitu juga Kyuhyun, meski tanpa suara aku juga bisa menebak
pasti dia sangat-sangat terkejut atas pengakuan konyolku.
“Kau pikir aku percaya dengan lagu lama ini?”.
Kini Seunghyun Oppa mendekatkan wajahnya dengan wajahnya, membuat wajahku
merona merah, pasti begitukan.
Aku bingung harus membalas apa, namja ini,
benar-benar membuatku sakit kepala.
‘Grep’
Apa ini? Kyuhyun menarikku menjauh dari wajah
Seunghyun Oppa.
“Maaf, anda siapa kekasihku?”. Pertanyaan ini,
pertanyaan ini yang aku harapkan. Bagaimana bisa Kyuhyun mengerti keinginan
yang ku ucapkan dalam hati? Ah, Eunjoon-ah, pabbo pabbo pabbo. Inikan situasi
pasaran yang sudah sering terjadi. Selesai dari acara kagetku, aku kembali
fokus ke Seunghyun Oppa.
“Kekasihmu? Begitu? Kau yakin tidak menjadi
selingkuhan?”. Seunghyun Oppa menunjukkan cincin yag melingkar di jarinya. Aku
tidak tahu maksudnya melakukan itu.
“Lihat di jarinya”. Perintahnya.
Aku segera mengalihkan pandanganku tepat ke
kesepuluh jari tanganku.
“Ommo, kapan kau memakaikannya? Aku tidak
pernah memakainya”. Teriakku. Kyuhyun hanya melihatku dengan tatapan “Kau ini
bodoh sekali”.
Ya ampun, kapan Namja nekat ini memakaikan
cincin ini di jemariku?
“Chagy, jangan begitu, 2 tahun yang lalu kita
baru saja bertunangan. Bahkan kemarin kita menghabiskan malam bersama. Katakan
padaku, apa kurangnya diriku, sampai kau menduakanku?”. Apakah dia berpikir ini
akan membuat Kyuhyun cemburu? Dasar pabbo, itu tidak mungkin.
“Tuan, kau mungkin salah makan obat. Atau kau
salah orang? Eunjoon ini tunanganku, meski tidak ada cincin dijari kami, itu
hanya untuk menjaga image kami di kampus. Lagipula semua yang kau tuturkan ini,
tidak masuk diakal. Bagaimana mungkin kau ada bersama Eunjoon menghabiskan
malam bersama, jika dari Magrib sampai pukul 23.30 dia ada bersamaku?”.
“23.32”. ralatku.
“Ah, iya, 23.32, apa yang kau maksud itu menghabiskan
subuh bersama?”. Wah, aku sampai lupa
fakta ini. Kau memang jenius Kyuhyun-ssi.
“Kalian menghabiskan malam bersama? Apa yang
kalian lakukan?”. Nada bicara Seunghyun Oppa berubah, dia seperti orang yang
sedang........ CEMBURU.
“Apa ini artinya kau mengaku kalah?”. Kyuhyun
kembali menyerang Seunghyun Oppa.
Eunjoon POV End
TOP POV
Namja ini, benarkah dia kekasih Eunjoon
sekarang? Semudah itukah dia melupakanku?
“Tidak”.
Aku benci ini, aku benci seringaian yang ia
tujukan padaku.
“A...a... a... tunggu dulu, jangan salah paham
dulu. Semalam itu, aku memang bersama Kyuhyun, tapi kejadiannya tidak seperti
yang Oppa bayangkan. Aku dihadang preman saat pulang terawih, percayalah,
aku..............”. Eunjoon mencoba menjelaskan. Tentu saja aku percaya. Aku
tahu siapa Eunjoon. Kalaupun benar namja ini adalah kekasihnya, hal yang aku
takutkan itu tidak akan pernah terjadi. Tapi aku ingin menyela ucapannya.
“Lupakan... sekarang aku mengerti”. Hanya itu
yang bisa aku ucapkan. Aku berbalik kembali masuk kemobilku. Meninggalkan dua
makhluk itu. Apa aku cemburu? Jelas. Sampai kapanpun, Eunjoon hanya miliku.
Tidak ada satupun yang bisa merebutnya dariku.
TOP POV end
Kyuhyun Pov
Setelah namja itu pergi, aku bisa lihat raut
penyesalan di wajah Eunjoon.
”Apa aktingku berlebihan?” tanyaku padanya yang
masih menatap sisa sisa debu akibat deru mobil namja tadi.
“Apa? Ah, anhi... begini lebih baik.” Dia
mencoba tersenyum, tapi bagiku lebih terlihat seperti senyum yang dipaksakan.
“O, kau juga kuliah disini?”. Senyum sumringah
itu sudah kembali kewajahnya.
Aku hanya mengangguk untuk membenarkan
pertanyaannya.
“Ya Allah, sudah hampir 2 tahun aku ada disini,
tapi baru sekarang aku melihatmu”. Akunya.
“Wajar, bukan dirimu yang salah. Tadinya aku
bukan mahasiswa disini. Aku pindahan dari Inha”. Dia ini lucu sekali.
“Oh, jadi begitu. Pantas saja”. Tawa kecil
menghiasi wajahnya.
Aku seperti tersihir. Tidak mampu mengalihkan
pandanganku dari parasnya. Ah ya, puasaku bisa batal kalau seperti ini terus.
“Aduh, gara-gara Seunghyun Oppa aku jadi
ketinggalan jam pertama”. Dia merutuki keterlambatannya kali ini.
“Jadi kau mau kemana?”.
“Ah, entahlah. Kalau sudah begini aku bingung.
Paling aku hanya akan berdiam diri di Pustaka.” Ucapnya diakhiri dengan poutan
bibir yang begitu lucu.
“Kalau begitu ayo, aku temani. Aku tidak ada
kelas sekarang”.
.
.
.
.
Normal Pov
Entah ada apa hari ini, tapi yang pasti pustaka
benar-benar kelebihan kapasitas. Akibatnya, Eunjoon dan Kyuhyun harus terima
duduk di atap gedung perpus itu. Bahkan disanapun orang-orang sudah lebih dari
cukup. Memang hal yang paling tepat dilakukan saat puasa seperti ini adalah
membaca buku. kali ini Eunjoon memilih buku sastra Jepang, sedangkan Kyuhyun
memilih sastra Indonesia.
“Sebenarnya tadi itu siapa?”. Kyuhyun mulai
membuka pembicaraan.
“Apa? O, dia Oppaku.” Jawab Eunjoon.
“Tapi kenapa dia mati-matian bilang kau
kekasihnya?”.
“Tiri, Oppa tiri. Perubahan status dari Kekasih
menjadi Oppa”. Eunjoon menahan kristal bening di sudut matanya.
Kyuhyun tak mau melanjutkan pertanyaannya,
karena dia bisa melihat kesedihan di wajah Eunjoon. Bisa ditebak Eunjoon juga
merasa terluka karena hal ini. Kyuhyun menepuk pelan bahu Eunjoon.
“Aku mengerti. Ayo semangat!”. Kyuhyun
tersenyum menguatkan Eunjoon.
“Terimakasih ya, kau sudah banyak membantuku.
Lebih tepatnya, aku sudah terlalu banyak menyusahkanmu”.
“Ah, jangan sungkan. Mulai sekarang kita
temankan?”. Kyuhyun mengangkat jari kelingkingnya.
“Ya”. Eunjoon menyambut jemari kecil itu dengan
tersenyum.
.
.
.
.
Tiba dirumah, Eunjoon tidak menemukan sosok
seunghyun dikamar atau dimanapun. Menurutnya mungkin Oppanya itu sedang keluar.
Hingga adzan Magrib, Seunghyun belum juga
pulang. Eunjoon sudah mencoba untuk menghubungi ponselnya, tapi selalu saja
mailbox. Eunjoon mulai cemas. Inilah sifat Eunjoon, dia selalu saja cemas
terhadap sesuatu. Apalagi kalau tidak bisa dihubungi seperti ini. Jangan lupa,
selain Seunghyun adalah Oppanya, dia juga namja yang pernah dan ‘mungkin’ masih
dicintai Eunjoon.
Eunjoon akhirnya memutuskan untuk berbuka
duluan. Karena khawatir pada Seunghyun, Eunjoon memilih untuk sholat tarawih
dirumah. Berjaga-jaga kalau Seunghyun pulang. Jadi dia bisa membukakan pintu.
Namun, sampai jam dinding menunjukan pukul 22.00 KST pun Namja jangkung itu
belum juga pulang.
“Sebegitu keterlaluannya kah aku tadi,
sampai-sampai dia menghilang seperti ini. Dasar kekanak-kanakan”.
Perlahan-lahan, mata Eunjoon menutup. Dia
tertidur di sofa karena kelelahan menanti. Ya, lelah menanti namja jangkung
itu.
Dan hal ini terus berlangsung hingga 5 hari
berikutnya.
.
.
.
.
Karena hampir setiap malam tidurnya tidak baik,
Eunjoon selalu lupa bangun sahur. Hasilnya, dia puasa tanpa makan sahur. Tidak
mendapat kabar dari Seunghyun benar-benar menyiksanya. Perjalanannya menuju
Universitas pun terasa melelahkan. Namun setidaknya dia bisa sedikit melupakan
masalahnya saat bertemu Kyuhyun.
“Waw, ada Panda”. Sapaan yang baik bukan?
“Panda? Mana?”. Tanya Eunjoon persis seperti
orang ehm, bermasalah.
Kyuhyun menoyor (?) pelan dahi Eunjoon.
“Itu tadi, yeoja aneh, yang pakaiannya sedikit
tidak matching. Baju Biru, Celana Hijau, Jilbab Ungu, aneh sekali kan?”.
Kyuhyun mengcapkan itu sambil terkekeh.
“Oh, pasti dia terlihat sangat menggelikan?”.
Eunjoon tampak sekali tidak sadar siapa yang sedang dibicarakan Kyuhyun.
Kyuhyun hanya bisa mendecih melihat ke “tidakwajaran” Eunjoon hari ini.
Kemudian dia menarik lengan Eunjoon, membawanya untuk berdiri didepan sebuah
kaca besar yang menampilkan, sosoknya secara keseluruhan.
“Ada apa?”. Tanya Eunjoon tidak mengerti.
“Lihat! Berkenalanlah dengan yeoja aneh itu”.
Jawab Kyuhyun.
Awalnya, Eunjoon hanya menatap biasa, mungkin
dia belum juga sadar. Hingga beberapa saat dia baru tersadar.
“Ya! Cho Kyuhyun-ah, maksudmu yeoja aneh itu
aku?”. Amuk Eunjoon.
“Ya Tuhan, kemana saja kau ini? Memangnya salah
aku bilang begitu? Menurutmu lebih tepatnya aku sebut apa penampilan seperti
ini?”. Tanya Kyuhyun.
“Tapi tidak mesti dengan sebutan itu kan.”
Eunjoon mempoutkan bibirnya.
“Ada apa?”. Kyuhun mendudukan dirinya disamping
Eunjoon yang lebih dulu duduk di bangku taman Universitas.
“Seunghyun Oppa tidak pulang.” Adu Eunjoon pada
sahabat barunya itu.
“Sampai sekarang?”. Tanya Kyuhyun.
Eunjoon menganggukan kepalanya tak lepas dari
bibir yang terus dipoutkan.
“Sudah lima hari. Aku pikir dia pulang ke
apartemennya, tapi disana dia juga tidak ada.” Eunjoon hampir menangis sekarang.
Kyuhyun menarik bahu Eunjoon agar mendekat
padanya. Tapi, Eunjoon menahan tubuhnya agar tidak berhasil mendekat pada
Kyuhyun. Dengan kata lain menolak dekapannya.
“Wae?”. Tanya Kyuhyun tidak mengerti.
“Bukan Muhrim”. Jawaban singkat Eunjoon yang
berhasil membuat Kyu tersipu malu.
“Lalu sekarang?”. Kyu menatap Eunjoon penuh
tanda tanya.
Eunjoon hanya mampu menggeleng sebagai jawaban
atas pertanyaan Kyu tadi.
“Aku yakin, nanti dia pasti akan kembali”. Kyu
mencoba menenangkan gadis itu.
“Entahlah, aku takut Kyu. Aku sangat takut.”
Wajah Eunjoon makin memerah.
“Boleh aku tanya sesuatu?”.
Eunjoon menoleh kearah Kyuhyun dengan tatapan
“Tanya apa?”.
“Kau, masih punya perasaan pada Seunghyun?”.
Tanya Kyuhyun.
Bukan rahasia lagi, beberapa hari mengenal
Eunjoon, Kyu merasa sudah jatuh hati pada Yeoja mungil ini. Tapi, hampir setiap
hari, ajang PDKT Kyuhyun, mendapat respon yang kurang memuaskan. Respon yang diberikan
Eunjoon tidak pernah menunjukkan bahwa ada peluang untuk Kyuhyun.
“Tentu saja, bagaimana mungkin dongsaeng tidak
punya perasaan pada Oppanya?”.
“Bukan itu maksudku. Perasaan...”
Kyuhyun menunjuk dadanya.
“Perasaan CINTA. Masihkah?”. Lanjut Kyuhyun.
“Mmmm... Mwo?”.
“Jawab saja dengan jujur”.
Eunjoon menundukan wajahnya.
“Aku tahu ini salah. Tapi aku juga tidak
mungkin bisa membohongi hatiku sendiri. Terlarang atau tidak, aku akui, aku
masih teramat sangat mencintai Seunghyun. Bukan sebagai Oppa, tapi sebagai
Namja”. Tutur Eunjoon yang seolah dengan cepat menutup kesempatan bagi Kyuhyun
untuk masuk kedalam hati Eunjoon.
‘kenapa aku tidak merasa lega ya, setelah
mengatakan hal ini’. Pikir Eunjoon dalam hati.
.
.
.
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar